Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) tidak berencana menaikkan harga jual produknya demi meningkatkan target penjualan 10 persen tahun ini.
Ketua Umum Aspadin Rachmat Hidayat mengatakan asosiasi meminta anggotanya untuk menahan kenaikan harga demi mempertahankan daya beli masyarakat. Selain itu, persaingan usaha di bidang air minum dalam kemasan bersifat elastis. Sehingga konsumen akan cepat berpindah ke merek lain jika satu merek menaikkan harga jualnya.
"Maka dari itu kami imbau anggota untuk tidak meningkatkan harga jual produknya. Kalau harga tetap permintaan kan tidak berubah, sehingga bisa berkontribusi terhadap pertumbuhan penyerapan produksi yang kami targetkan sebesar 10 persen di tahun ini," ujar Rachmat di Jakarta, Selasa (23/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalau pun terjadi kenaikan harga, Rachmat memperkirakan hal tersebut disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang semakin melemah. Pasalnya, pembelian bahan baku impor mengambil porsi 70 persen dari seluruh total biaya produksi air minum dalam kemasan.
"Tapi kami tidak punya perhitungan khusus terkait batas toleransi nilai tukar yang bisa diterima. Kami hanya berharap nilai tukar bisa stabil karena sebagian besar komponen biaya kami adalah barang-barang impor, khususnya pengemasan," tuturnya.
Selain nilai tukar, Aspadin juga memperhitungkan variabel Upah Minimum Regional (UMR), tarif listrik, serta biaya logistik. Sampai sejauh ini, ia mengatakan kalau ketiga komponen tersebut belum bergerak secara signifikan sehingga tidak ada urgensi untuk menaikkan harga.
"Lagipula sekarang sudah masuk Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Kami ingin agar produk air minum dalam kemasan lokal bisa bersaing secara harga dengan produk negara Asean. Sekarang bea masuk dari negara-negara Asean sudah dipasang nol persen," ujar Rachmat.
Sebagai informasi, saat ini Aspadin menaungi 207 anggota dari 700 pengusahaan air minum dalam kemasan yang ada di Indonesia. Aspadin mencatat produksi nasional sebesar 24,7 miliar liter sepanjang 2015, sehingga tahun ini asosiasi berharap bisa memperbesar produksi menjadi 27,17 miliar liter.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sendiri menargetkan pertumbuhan industri makanan dan minuman sebesar 7,4 hingga 7,8 persen pada tahun ini. Pada 2015, pertumbuhan industri makanan dan minuman tercatat sebesar 7 persen dan menyumbang 30,84 persen terhadap nilai industri pengolahan dalam negeri sebesar Rp2.405,4 triliun.