Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengultimatum para pembantunya di Kabinet Kerja untuk tidak lagi meributkan masa depan pengembangan blok Masela di ruang publik, khususnya di media sosial.
Menurutnya, sikap beda pendapat dan saling kritik sejumlah menteri belakangan ini tidak dapat ditoleransi dan akan menjadi bahan evaluasi kinerja personal.
Juru Bicara Presiden, Johan Budi mengatakan Presiden Jokowi menyampaikan keprihatinannya atas beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini, di mana beberapa menteri seolah saling menyerang di ruang publik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Tentu Presiden tidak senang dengan situasi yang seperti itu. Kembali, beliau menegaskan kepada para menteri agar tolong ini dihentikan,” kata Johan Budi di Kantor Staf Presiden, Rabu (2/3).
Presiden Jokowi, lanjutnya, juga meminta kepada menteri Kabinet Kerja untuk melakukan perdebatan hanya di ruang rapat terbatas atau di rapat kabinet. Terlebih, kegaduhan tersebut semakin berujung kepada perseteruan antarmenteri, di mana satu sama lain menyerang pribadi. Hal tersebut juga sudah pernah disampaikan oleh Jokowi bahwa para menteri diharapkan jangan gaduh di luar.
“Tentunya menjadi masukan yang sangat kuat buat Presiden untuk kemudian meminta penjelasan kepada menteri-menteri terkait yang sudah disampaikan untuk tidak bersilang pendapat di ranah publik,” kata Johan.
Johan menambahkan, Presiden Jokowi juga mengingatkan bahwa menteri adalah pembantu Presiden dan dengan demikian apa yang disampaikan menteri bersangkutan sebaiknya tidak didahului oleh pernyataan yang mengatasnamakan presiden.
Sebelumnya, melalui akun Twitter-nya, Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli menyindir pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yang mengatakan adanya upaya dari oknum tertentu untuk mengganti investor blok Masela.
“Walah.. walah.. Kok sibuk analisa kelakuan sendiri.. Lucu deh,” tulis Rizal dalam status Twitternya.
Selain menuliskan pernyataan tersebut, Rizal juga melengkapi cuitannya dengan gambar Meme Menteri ESDM sedang menutupi mulut dengan kedua tangannya. Sementara di bagian kiri Sudirman, terdapat tangan-tangan yang menunjuk ke arahnya.
Atas kegaduhan dua menteri tersebut, pengamat energi dari UGM Fahmy Radhi menilai hal tersebut sudah semakin tidak produktif. Sebabnya, pembahasan mengenai penentuan skema pengembangan fasilitas pengolahan gas alam cair atau liqufied natural gas (LNG) Blok Masela malah mengesampingkan substansi keberadaan proyek tersebut.
"Saya lihat polemik antara Sudirman Said (Menteri ESDM) dan Rizal Ramli (Menko Kemaritiman) kian tak produktif karena yang dipermasalahkan malah yang tidak berkaitan langsung subtansi proyek Masela. Bukannya membahas manfaat untuk masyarakat Maluku, malah sekarang saling tuding soal adanya kepentingan bisnis di belakang alasan," ujar Fahmy saat dihubungi, Selasa (1/3).
Fahmy yang juga mantan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas mengaku sudah mendengar isu yang berembus soal dugaan kepentingan bisnis di belakang alotnya argumen dua menteri yang bertikai.
Menurutnya, penetapan skema pengembangan fasilitas darat (onshore) diduga ditunggangi oleh kepentingan perusahaan pipa gas dan penguasa tanah di dekat lokasi wilayah kerja Masela.
Sementara itu, lanjutnya, di balik skema pengembangan fasilitas laut (offshore), disinyalir terdapat kepentingan bisnis menyoal pembelian teknologi eksplorasi dan produksi yang ditawarkan oleh salah satu investor.
(ags/gen)