Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia Faisal Basri menilai adanya rencana pembentukan holding bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan bentuk kegagalan wacana merger yang sempat muncul sebelumnya.
“Yang harus dilakukan pemerintah adalah menggabung BNI dengan Bank Mandiri. Tujuannya kan membuat bank yang besar di Indonesia agar bisa bersaing di Asean,” ujarnya di Jakarta, Rabu (2/3).
Ia menyatakan, jika tetap berdiri terpisah seperti saat ini, maka perbankan BUMN akan sudah bersaing di kancah Asean. Atas dasar hal tersebut diperlukan merger untuk memperkuat modal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kalau pecah-pecah seperti ini, bank di Indonesia masih di bawah Malaysia dan Singapura. Kalau digabung, boom! Bakal besar di Asean,” katanya.
“Apa bedanya Bank Mandiri dan BNI? Tidak ada sekarang. Dulu memang tiap bank ada bagiannya sendiri. Kalau BRI sampai BTN kan memang khusus ya. Jangan diotak-atik dulu,” imbuhnya.
Selain itu, ia menilai adanya penggabungan bank bakal baik bagi kinerja dan penyaluran kredit. Pasalnya, penggabungan bank bisa menekan biaya dana (cost of fund) yang akan mendukung kinerja.
“Kalau perbankan besar kan cost of fund turun, dan pada akhirnya bunga turun dan kredit semakin luas,” jelasnya.
Atas dasar hal tersebut, ia menilai pembentukan holding sebenarnya merupakan buah dari kegagalan pemerintah melakukan merger antar bank BUMN. Faisal mengaku heran dengan kebijakan kementerian yang dipimpin Rini Soemarno tersebut.
“Makanya saya bingung, ini maksudnya apa bikin holding? Mau niru Temasek? Kalau Temasek itu seluruh BUMN di Singapura. Beda dengan kita,” katanya.
Faisal menyatakan pemerintah sebaiknya berkaca diri sebelum melaksanakan hal tersebut. Pasalnya, dengan hal tersebut ia menilai pemerintah melupakan rencana awal untuk memperbaiki industri perbankan.
“Sedih saya. Pemerintah kan minta bank swasta untuk merger, tapi dirinya sendiri tidak melakukan,” katanya.
Sebelumnya, Kementerian BUMN menyatakan bahwa PT Danareksa (Persero) diutamakan menjadi induk usaha (holding) perbankan pelat merah, dibandingkan dengan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Bahana PUI).
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan proses pembentukan holding perbankan pelat merah masih terus berjalan dan sudah sampai di tangan Presiden.
“Proses masih berjalan. Sekarang sudah dalam usulan di rakortas (rapat koordinasi terbatas), kemarin disampaikan Bu Rini (Menteri BUMN),” ujarnya di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (1/3).
Dalam hal ini, Gatot mengaku Kementerian BUMN lebih mengutamakan Danareksa sebagai holding perbankan. Sementara, Bahana PUI disebutnya bisa memperoleh peran selain holding perbankan.
“Kalau yang sekarang kita pakai Danareksa sebagai opsi utama. Kemarin kan dua. Sama saja, tapi Bahana bisa kita perankan untuk yang lain,” ungkapnya.
(gir)