Jakarta, CNN Indonesia -- PT First Media Tbk menyiapkan belanja modal (
capital expenditure/capex) sebesar Rp1,2 triliun hingga Rp1,5 triliun untuk membangun jaringan infrastruktur dan melakukan ekspansi layar bioskop pada tahun ini.
Wakil Presiden Direktur First Media Irwan Djaja mengatakan dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan seluruh lini bisnis perusahaan. Ia menjelaskan, perusahaan bergerak di bisnis teknologi, media, dan telekomunikasi (TMT) yang memiliki banyak produk.
“Di dalam bisnis kami ini, ada beberapa pilar investasi dari mulai infrastruktur,
content, dan jasa-layanan,” ujarnya di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (3/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, untuk divisi infrastruktur, investasi bisa dikucurkan untuk jaringan kabel, satelit, dan lainnya. Sementara untuk konten ada ekspansi di
news channel,
creative agency. Adapun di unit jasa layanan investasi bisa di layanan internet, TV, dan data komunikasi.
“Di dalam jaringan Link Net kami akan
roll out terus. Bisnis 4G juga roll out. Kami sudah bangunan menara BTS yang sudah cukup,” jelasnya.
Adapun mengenai sumber dana, Irwan mengatakan manajemen masih memiliki cukup kas. Selain itu, ia mengaku terdapat beberapa pinjaman siaga dari perbankan dalam negeri.
“Sumber dana
capex ada dari kas internal dan fasilitas pinjaman bank,” katanya.
Terkait ekspansi, Irwan menambahkan untuk bisnis 4G sudah cukup, dan manajemen berencana untuk menambah stabilitas jaringan. Selain itu, ia mengaku akan terus mempertahankan jumlah pelanggan (
subscriber).
“Sekarang lebih ke arah
build up subscriber. Saat ini sudah ada 1,5 juta.
Coverage 4G memang ada beberapa area yang kami isi, tapi tidak signifikan lebih ke intensifikasi,” jelasnya.
Sementara untuk produk baru, ia mengaku pihaknya masih mematangkan beberapa inovasi. Irwan menjelaskan, perusahaan memiliki berbagai lini usaha yang tengah menyiapkan produk baru untuk diluncurkan.
“Pasti ada inovasi dalam banyak hal, baik konten atau produk
delivery. Kami akan memperbaiki
streaming film dan
linear channel, dan
video on demand. Kami juga akan kembangkan produk interaktif seperti dulu ada X1 Combo,” jelasnya.
Terkait persaingan industri dan munculnya Netflix, ia menilai karena industri ini berbasis teknologi, maka terus berkembang. Maka hal itu tergantung arah perusahaan apakah akan menghadapi perkembangan ini dengan membuka diri (
embrace) atau menutupi (
protect).
“Kalau kami cenderung
embrace dan kita kembangkan OTT (
over the top) dari
video on demand. OTT adalah solusi di
mobile karena bisa TV
anywhere,” jelasnya.
Dari sisi kinerja, dalam sembilan bulan di 2015, First Media melaporkan kinerja yang buruk. Perseroan mencetak kerugian bersih sebesar Rp476,41 miliar, berbalik dari periode yang sama tahun 2014 dimana perusahaan mencatatkan laba bersih Rp27 miliar.
Sejak awal, pendapatan telah anjlok 58,94 persen menjadi Rp739,44 miliar dari Rp1,80 triliun. Hal itu disebabkan jumlah pelanggan perseroan berkurang banyak (jasa langganan internet dan data).
Kerugian emiten berkode saham KBLV tersebut disebabkan oleh beban dari sewa menara BTS yang tinggi dan biaya perijinan yang tinggi. Hal itu mengakibatkan lonjakan beban pokok perseroan hingga 93,52 persen menjadi Rp925,04 miliar dari beban pokok Perseroan pada periode yang sama tahun 2014 yaitu Rp478,00 miliar.