Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) telah mengeluarkan investasi US$3,68 miliar atau sekitar Rp48,9 triliun selama 10 tahun untuk membangun infrastruktur gas yang dikelolanya di Indonesia.
Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina menjelaskan bisnis gas yang dijalankan perusahaannya saat ini tak lepas dari kontribusi empat anak usaha di sektor eksplorasi dan produksi. Ke empatnya adalah PT Pertamina EP (PEP), PT Pertamina Hulu Energi (PHE), PT Pertamina EP Cepu (PEPC), dan PT Pertamina Internasional EP (PIEP).
“Dari tiga anak usaha di dalam negeri saja, Pertamina memproduksi gas sebanyak 1,63 miliar kaki kubik per hari,” ujar Wianda, Senin (7/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia merinci, investasi yang telah dikeluarkan Pertamina tersebut diperuntukkan untuk membangun fasilitas
liquefaction sebesar US$2 miliar dengan total kapasitas terpasang 260 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), pipa gas sebesar US$1,2 miliar dengan kapasitas 950 MMSCFD, dan regasifikasi gas alam cair (LNG) senilai US$485 juta dengan kapasitas 900 MMSCFD.
“Bisnis gas Pertamina ke depan juga akan lebih dominan dibandingkan dengan kondisi saat ini, terutama untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik dan industri,” kata Wianda.
Ia menuturkan saat ini gas yang diproduksi anak usaha Pertamina ada yang langsung disalurkan melalui pipa oleh PT Pertamina Gas (Pertagas), anak usaha Pertamina di sektor distribusi dan transmisi gas, ke konsumen. Menurut Wianda, jaringan pipa transmisi
open acces Pertamina saat ini mencapai 2.200 kilometer.
“Dengan sistem
open access, semua jaringan pipa perseroan bisa digunakan oleh siapa pun,” katanya.
Selain itu, tambah Wianda, gas yang diproduksi oleh PEP, PHE, dan PEPC diolah menjadi gas alam cair (LNG) melalui PT Badak NGL di Bontang, Kalimantan Timur dan PT Donggi Senoro LNG di Banggai, Sulawesi Tengah.
LNG dari dua kilang tersebut dan LNG impor kemudian dikapalkan oleh armada kapal milik Pertamina Shipping untuk diolah menjadi regasifikasi LNG oleh PT Nusantara Regas yang 65 persen sahamnya dikuasai perusahaan dan PT Petra Arun Gas. Hasil regasifikasi LNG kemudian dikirim ke sejumlah konsumen.
Gas yang diproduksi dari hulu juga ada yang diproses di PT Perta Samtan Gas untuk kemudian dipasok sejumlah LPG Plant yang ada di beberapa lokasi seperti Pondok Tengah, Bekasi; Mundu, Indramayu; serta Prabumulih dan Palembang, Sumatera Selatan.
“Ada juga pasokan gas dari hulu yang langsung ke konsumen seperti untuk PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), pupuk, PLN, industri, jaringan gas, dan transportasi melalui jaringan pipa,” katanya.
Menurut Wianda, perluasan jaringan infrastruktur gas sangat diperlukan karena Pertamina bertekad menjadi pilar utama dalam mewujudkan kemandirian energi nasional. Pertumbuhan sektor industri seiring laju pertumbuhan ekonomi nasional, serta sektor rumah tangga dan transportasi juga menjadi faktor penting bagi peningkatan permintaan gas nasional.
“Dengan penguasaan infrastruktur gas Pertamina yang terus berkembang, kami bisa memegang peranan penting karena Pertamina bisa menyerap pasokan dari multisources. Kami pun bisa memasok gas di banyak titik permintaan yang di sana infrastruktur kami telah tersedia,” ujarnya.
(gen)