Jokowi Klaim Penguatan Rupiah Berkat Paket Kebijakan Ekonomi

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Kamis, 10 Mar 2016 13:33 WIB
Dalam satu bulan terakhir, nilai tukar dolar terhadap rupiah tercatat melemah 2 persen menjadi Rp13.070 per dolar dibandingkan nilai tukar pada 2 Februari 2016.
Dalam satu bulan terakhir, nilai tukar dolar terhadap rupiah tercatat melemah 2 persen menjadi Rp13.070 per dolar dibandingkan nilai tukar pada 2 Februari 2016. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan).
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut penguatan rupiah terhadap dolar Amerika dalam beberapa waktu terakhir dipicu oleh diterbitkannya paket kebijakan ekonomi yang dirilis pemerintah.

Dalam satu bulan terakhir, nilai tukar dolar terhadap rupiah tercatat melemah 2 persen menjadi Rp13.070 per dolar dibandingkan nilai tukar pada 2 Februari 2016 lalu di angka Rp13.455 per dolar.

"Kalau berbicara mengenai rupiah yang semakin menguat, semakin membaik itu, artinya kebijakan-kebijakan paket deregulasi yang kita berikan juga kebijakan yang ada di Bank Indonesia (BI), di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) direspons positif oleh dunia usaha, oleh investor,” kata Jokowi setelah meresmikan beroperasinya Pusat Logistik Berikat (PLB) di kawasan industri Cipta Krida Bahari, Cakung, Kamis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Walikota Solo menyebut berbagai kebijakan yang diberikan dan respons dunia usaha yang positif memungkinkan adanya arus modal masuk ke Indonesia. Kondisi tersebut secara otomatis mendorong rupiah mampu kembali berdiri tegak menghadapi dolar.

“Jadi bukan hanya karena faktor eksternal. Kalau kita tidak melakukan deregulasi, tidak akan ada pengaruhnya apa-apa,” ujarnya.

Namun, penguatan rupiah yang sangat cepat justru menimbulkan kekhawatiran baru bagi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri.

Darmin menilai, penguatan rupiah yang terjadi akan berdampak pada pelemahan nilai ekspor. Menurut Darmin harus ada upaya untuk tidak membiarkan nilai rupiah terlalu kuat melawan dolar.

"Pada dasarnya kalau rupiah itu terlalu lemah tidak bagus, terlalu kuat juga tidak bagus. Ekspor kita akan semakin lemah," ujar Darmin, awal pekan ini.

Ia mengatakan posisi rupiah yang saat ini sudah mendekati posisi fundamentalnya. Darmin melihat ke depan, rupiah masih memiliki ruang untuk terus menguat mengingat banyak sentimen yang mendukung adanya aliran modal masuk ke Indonesia.

Hal utama yang menurut Darmin harus diperhatikan Bank Indonesia (BI) adalah seharusnya nilai tukar rupiah tidak perlu menjadi hambatan dalam perdagangan. Pasalnya yang menjadi perhatian para pengusaha adalah stabilitas dari pergerakan nilai tukar. Kestabilan sangat mempengaruhi perusahaan dalam melakukan perencanaan bisnis dan investasi ke depan

"Karena sebenarnya nilai kurs sebaiknya tidak bersifat menghambat atau mendorong kegiatan perdagangan, seharusnya dia bersifat netral. Yang dibutuhkan pengusaha adalah kestabilitasan jangan terlalu banyak perubahan dan jangan terlalu cepat bergerak," kata Darmin.

Sementara ekonom Faisal Basri mencatat, pada 7 Maret lalu rupiah mengalami penguatan selama 13 hari berturut-turut. Penguatan yang menurut catatannya terlama dalam enam tahun terakhir.

Faisal menilai kekhawatiran penguatan rupiah bakal mengganggu ekspor rasanya kurang beralasan.

“Toh sewaktu rupiah melorot, ekspor malah terus merosot. Mengingat mayoritas ekspor kita adalah komoditas, perubahan harga karena faktor nilai tukar tidak sensitif terhadap permintaan,” jelasnya.

Bagaimana dengan ekspor manufaktur? Produk manufaktur yang diekspor memiliki kandungan impor relatif tinggi. Berarti, harga bahan baku yang diimpor dalam rupiah turun.

“Jadi kenaikan harga barang ekspor kita dalam mata uang pengimpor dikompensasikan oleh penurunan harga bahan baku yang diimpor. Jadi pengaruh netonya bisa dikatakan netral. Tidak perlu khawatir atas penguatan rupiah,” katanya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER