Jakarta, CNN Indonesia --
Pemerintah akan mengoptimalkan pemanfataan tekonologi informasi dalam rangka mendukung kegiatan jual-beli bahan makanan di masyarakat.
Sebagai
pilot project, pemerintah memilih Kabupaten Brebes Jawa Tengah sebagai daerah percontohan distribusi pangan dengan sistem informasi terpadu pertama di Indonesia.
Sekretaris Menteri Koordinator (Sesmenko) bidang Perekonomian Lukita Dinarsyah Tuwo mengungkapkan, dipilihnya Brebes sebagai daerah percontohan dilatarbelakangi oleh besarnya potensi Brebes yang diketahui menjadi sentra produksi bawang merah terbesar di tanah air, mengungguli Bima Nusa Tenggara Barat dan Ponorogo Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sayangnya, potensi ini tak berjalan optimal lantaran tak didukung teknik pengelolaan dan distribusi yang efisien sehingga menjadikan harga bawang merah kerap kali menjadi salah satu penyumbang inflasi secara nasional.
"Bawang dianggap strategis karena harga bawang fluktuasinya sangat tinggi. Dan kami tahu petani bawang pendapatannya relatif rendah sementara marjin terbesar diperoleh oleh para pedagang perantara," ujarnya di Jakarta, Kamis (31/3).
Lukita berharap, penerapan
sistem informasi terpadu di Brebes bisa menekan tingginya biaya logistik yang menyebabkan fluktuasi harga pangan.Guna merealisasikan rencana itu, katanya pemerintah akan coba menghubungkan langsung antara petani dan konsumen sebagai pembeli terakhir melalui penyediaan infromasi pasar secara elektronik.
Di mana untuk menjelankan program ini Kementerian Komunikasi dan Informatika akan mendorong pengembangan aplikasi yang menyediakan data-data produksi, harga benih, pupuk hingga harga jual komoditas sesuai dengan harga yang berlaku.
Sedangkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga akan menugaskan Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai satu mitra petani dalam melakukan penyuluhan bagaimana agar bisnis petani mampu berkembang.
"Nanti di situ diajarkan bagaiman mereka memiliki alat produksi pertanian agar bisa membantu mereka mengolah lahan dengan lebih optimal. Bagaimana bisa dapat pupuk dengan jumlah yang cukup harga tepat serta cara bertanam yang baik," jelasnya.
Lukita mengatakan, pengembangan sistem informasi dan distribusi pangan terpadu tidak hanya akan berhenti di Brebes.
Melainkan kata dia, Pemerintah juga akan menyiapkan beberapa daerah dan komoditas seperti karet dan tebu untuk dikembangkan sesuai dengan potensinya masing-masing.
"Pak Menko usul ke Presiden, karena ini program yang sangat bermanfaat untuk menggerakan ekonomi pedesaan," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan pemerintah juga akan melakukan ujicoba penggunaan aplikasi ponsel pintar sebagai medium penjualan bawang langsung antara petani dengan konsumen akhir di Brebes.
Dengan menggunakan aplikasi ini, diharapkan harga bawang yang diterima pembeli bisa lebih murah dibandingkan melalui perdagangan konvensional.
"Selain itu, penggunaan aplikasi ini juga bisa mengubah mindset petani. Biasanya kan mereka menumpuk hasil panen dan menunggu dijual oleh tengkulak, namun dengan aplikasi ini petani bisa kirim langsung ke konsumen dengan kualitas bawang yang lebih bagus. Sehingga harga bawang yang diterima konsumen lebih murah," terangnya.
Rudiantara menambahkan, aplikasi ini dikembangkan dari pemenang ajang Hackathon Merdeka tahun lalu yang mengambil tema penyelesaian masalah pangan di tanah air. Aplikasi tersebut bernama 5 Kilogram yang dikembangkan oleh empat pemuda asal Bandung, Jawa Barat.
"Kedepannya kami juga akan mengakomodasi pembuatan aplikasi teknologi yang bisa memberikan kesejahteraan bagi petani namun juga tidak membebani masyarakat," tambahnya.
Kendati demikian, ia mengaku belum ada target terkait jumlah pengguna (user) aplikasi penjualan bawang di tahun ini. "Ini kan masih baru, masih butuh pengembangan," tandasnya.
(dim)