Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian memperkirakan potensi bisnis perawatan dan perbaikan pesawat atau maintanance, repair and overhaul (MRO) di Indonesia saat ini mencapai US$920 juta atau setara dengan Rp12,1 triliun (kurs Rp13.200)
"Dalam empat tahun ke depan bisa naik menjadi US$2 miliar, setara Rp26,4 triliun," ujar Menteri Perindustrian Saleh Husin pada Konferensi Aviation Maintenance Repair and Overhaul Indonesia (AMROI) melalui siaran pers di Jakarta, Rabu (20/4).
Saleh mengatakan, sejak peraturan pemerintah mengenai industri jasa penerbangan di Indonesia mulai dilonggarkan pada 2000, pertumbuhan jasa penerbangan melonjak tajam dalam satu dekade terakhir. Sejumlah industri penerbangan saat ini bersaing ketat merebut pasar domestik dan regional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia, lanjut Saleh, dengan jumlah penduduk 250 juta dan wilayah yang cukup strategis, tentu akan membutuhkan sarana transportasi udara untuk mendukung konektifitas antar pulau dan wilayah.
Wilayah Indonesia mencakup sebaran lebih dari 17 ribu pulau, membentang sepanjang 5.200 km dari timur ke barat dan 2.000 km dari utara ke selatan.
"Hal ini menjadi pasar yang sangat potensial bagi para investor dunia untuk membangun industri penerbangan di Indonesia," kata Saleh.
Menurutnya, industri penerbangan sangat potensial karena menawarkan kenyamanan dan waktu yang lebih cepat serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memberikan dampak berganda bagi sektor lainnya.
Berdasarkan laporan International Air Transport Association (IATA), jumlah penumpang udara nasional akan mencapai 270 juta penumpang pada 2034 atau naik lebih dari 300 persen dibandingkan dengan 2014 yang jumlahnya sebanyak 90 juta penumpang.
"Diperkirakan Indonesia akan masuk 10 besar pasar penerbangan dunia pada tahun 2020, bahkan akan menjadi lima besar dunia pada 2034," kata Menperin.
Di sektor tenaga kerja, Saleh mengatakan industri penerbangan global pada saat ini telah menyerap tenaga kerja sebanyak 58 juta orang dengan nilai ekonomi mencapai US$2,4 triliun.
Dia memperkirakan dalam 20 tahun ke depan industri penerbangan mampu menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak 105 juta orang dan menyumbang US$6 triliun terhadap PDB dunia.
Saat ini, lanjut Saleh, industri penerbangan nasional memiliki 61 maskapai penerbangan niaga didukung oleh 750 pesawat, yang beroperasi terjadwal dan tidak terjadwal. Diperkirakan jumlah pesawat akan mencapai 1.030 pesawat pada 2017.
(ags/gen)