Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah tengah mempersiapkan penerbitan surat utang negara berdenominasi euro dan yen guna menarik pembiayaan dari pasar global sebesar US$4 miliar. Lelang kedua varian obligasi valas itu akan dipercepat guna mengantisipasi pemburukan kondisi pasar keuangan di semester II 2016.
Suahasil Nazara, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan menjelaskan strategi pembiayaan APBN 2016 adalah mempercepat penerbitan obligasi di awal tahun atau front loading strategy, tak terkecuali untuk surat utang valas. Rentang waktu untuk mendukung kebijakan front loading pembiayaan ini adalah di paruh pertama tahun ini, meski tidak menutup kemungkinan terjadi bias waktu ke semester II.
"Semua yang ada dalam
pipeline untuk global bonds kita mau frontloading," ujar Suahasil di kantornya, Jumat (22/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari empat varian obligasi valas yang dipersiapkan pemerintah, Suahasil mengatakan dua di antaranya sudah terbit di awal tahun yakni obligasi dollar AS (global bond) sebesar US$3,5 miliar dan surat utang syariah berdenominasi dollar AS (sukuk global) US$2,5 miliar.
Sisanya, lanjut Suahasil, adalah obligasi eruro (euro bond) dan obligasi yen (samurai bond). Adapun target keseluruhan penerbitan obligasi valas pada tahun ini sebesar 24 persen dari total target penerbitan SBN, yang jika dikonversi ke dollar AS jumlahnya mencapai sekitar US$10 miliar.
"Obligasi global dolar (sudah terbit) US$3,5 miliar, global sukuk sudah diumumin US$2,5 miliar. Berarti sudah US$ 6 miliar. Sisanya masih US$4 miliar, ini harus antara samurai bond dan euro bond," jelasnya.
Sayangnya, Suahasil tidak merinci berapa penjatahan pembiayaan dari masing-masing obligasi valas itu. "Tergantung nanti samurai bondnya berapa, belum tahu. Euronya ambil berapa. Nanti kalau masih ada bisa aja," katanya.
Risiko Pasar Meningkat
Menurut Suahasil, penerbitan obligasi valas akan dipercepat karena melihat kondisi pasar keuangan global yang kondusif di awal tahun. Sentimen kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (The Fed rate) yang sudah mereda seiring dengan mulai stabilnya kondisi pasar keuangan membuat pemerintah berani untuk masuk ke pasar internasional dalam mencari pembiayaan APBN.
"Moga-moga tidak ada guncangan lagi, (jadi) April, Mei, Juni ini bisa kita eksekusi (samurai bond dan euro bond)," katanya.
Secara tidak langsung, kata Suahasil, pemerintah mengantisipasi lebih awal jika terjadi pemburukan di pasar keuangan global pada semester II 2016. Pasalnya, rencana The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga acuan diyakini akan menimbulkan sentimen baru yang bisa memicu pengetatan likuditas global.
"Mumpung lagi stabil kita coba melihat scheduling yang pas karena selain suku bunga Amerika, juga pasar luar negerinya, kita lihat sekarang lagi stabil," tuturnya.
Sebelumnya, Scenaider Siahaan, Direktur Strategis dan Portofolio Pembiayaan Kementerian Keuangan mengungkapkan rencana penerbitan samurai bond di pasar Jepang pada awal bulan ini atau April 2016. Adapun target indikatif dari lelang obligasi yen itu dipatok paling sedikit 100 miliar yen atau minimal sama dengan hasil penerbitan samurai bond tahun lalu.
Untuk itu, kata Scenaider, Kementerian Keuangan telah melakukan penjajakan pasar (roadshow) guna melihat respons investor Jepang. Meskipun antusiasmenya tinggi, tetapi ia mengatakan mayoritas calon investor meminta waktu untuk mempertimbangkan rencana pembelian obligasi yen Pemerintah Indonesia itu.
"Jadi mungkin (penerbitannya) mundur jadi akhir April atau awal Mei," ujarnya kepada CNN Indonesia, belum lama ini.
(ags/gen)