Industri Multifinance Masih Lesu Sampai Semester I 2016

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Senin, 09 Mei 2016 08:10 WIB
Iklim usaha yang kurang mendukung disinyalir karena ketidakpastian ekonomi makro yang menekan daya beli masyarakat.
Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menilai, lini bisnis sewa guna usaha masih tumbuh negatif di sepanjang tahun ini. Sementara, bisnis pembiayaan konsumen, roda dua maupun roda empat, relatif datar. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan bisnis industri pembiayaan (multifinance) diramal masih akan suam-suam kuku sampai semester pertama tahun ini. Iklim usaha yang kurang mendukung disinyalir karena ketidakpastian ekonomi makro yang menekan daya beli masyarakat.

Suwandi Wiratno, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mengatakan, bisnis multifinance relatif datar sampai kuartal II 2016. Masyarakatnya, ia menilai, cenderung menunggu (wait and see) terutama terkait kepastian penurunan bunga kredit.


"Saya tidak tahu perilaku konsumen seperti apa. Bunga kredit mau turun, tetapi belum turun juga. Biaya dana relatif sama. Saya belum melihat ada perbaikan sampai semester pertama ini," ujarnya kepada CNN Indonesia, akhir pekan lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yang pasti, sambung dia, lini bisnis sewa guna usaha yang digeluti industri pembiayaan masih akan tumbuh negatif di sepanjang tahun ini. Sementara, lini bisnis pembiayaan konsumen, baik roda dua maupun roda empat relatif datar. Tidak ada peningkatan berarti.

Sebagai informasi, dua lini bisnis tersebut di atas merupakan kontribusi utama dalam bisnis pembiayaan. Per 31 Maret 2016, outstanding pembiayaan untuk sewa guna usaha mencapai Rp103,10 triliun, sedangkan lini bisnis pembiayaan konsumen tercatat sebesar Rp249,78 triliun.

Sewa guna usaha tercatat turun 9,73 persen jika dibandingkan kuartal I 2015 yang sebesar Rp114,22 triliun, sementara pembiayaan konsumen relatif stagnan. Adapun, porsi bisnis multifinance lainnya, yakni anjak piutang dan kartu kredit relatif mini masing-masing Rp11,39 triliun dan Rp112 miliar.

"Satu-satunya yang menopang pertumbuhan saat ini adalah pembiayaan konsumen. saya harap, pertumbuhan pembiayaan konsumen meningkat pada semester kedua ini yang akan mendorong total pembiayaan tumbuh minimal 5 persen sampai akhir tahun nanti," terang Suwandi.

Optimisme ini, ia menambahkan, didorong oleh realisasi pertumbuhan sektor infrastruktur dan belanja pemerintah, termasuk juga dampak dari penurunan bunga acuan.

Hingga akhir tahun lalu, total pembiayaan yang disalurkan industri mencapai Rp364,40 triliun. Diharapkan, angkanya meningkat menjadi Rp383 triliun - Rp400 triliun sampai akhir tahun 2016. (bir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER