Gas Masela Bisa Dimanfaatkan Pabrik Amonia, Urea dan Methanol

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 17 Mei 2016 13:17 WIB
Kemenperin mengusulkan agar Inpex dan Shell menyisihkan sebagian produksi gas Masela untuk kebutuhan industri petrokimia di Indonesia.
Muhammad Khayam, Direktur Industri Kimia Dasar Kementerian Perindustrian mengusulkan agar Inpex dan Shell menyisihkan sebagian produksi gas Masela untuk kebutuhan industri petrokimia di Indonesia. (CNN Indonesia/Gentur Putro Jati).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tetap menginginkan gas dari Blok Masela dialokasikan untuk kepentingan industri Petrokimia meskipun mengaku gas Masela hanya bisa dikembangkan menjadi produk turunan yang terbatas mengingat jenis gas dari Masela berbeda dengan gas lainnya.

Direktur Industri Kimia Dasar, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin Muhammad Khayam mengatakan setidaknya gas Masela hanya bisa diturunkan menjadi tiga produk yaitu Amonia, Urea, dan Methanol. Namun, pemanfaatan gas di industri Petrokimia ini sesuai dengan keinginan Kemenperin yang ingin menjadikan energi sebagai bahan baku industri.

"Memang bahan baku gas dapat diturunkan menjadi methanol dan amonia, ini sebenarnya masukan dari Kementerian Perindustrian," jelas Khayam melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Selasa (17/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia melanjutkan, Kemenperin juga sebetulnya tidak merekomendasikan gas Masela seluruhnya dijadikan bahan baku industri Petrokimia dan berencana untuk menyisihkan sebagian gas untuk bahan bakar industri.

"Sudah jelas persentase ke Petrokimia jauh lebih besar dibandingkan non petrokimia, di mana gas digunakan sebagai energi," terangnya.

Kendati demikian, ia tak merinci secara lebih jauh terkait rencana penyerapan tiga produk turunan petrokimia tersebut. Pasalnya, saat ini ketiga produk tersebut mengalami neraca perdagangan surplus di Indonesia dan bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2015, nilai surplus perdagangan Methanol terhitung sebesar US$9 juta, Urea sebesar US$201 juta, dan surplus Amonia sebesar US$412 juta.

"Besar gas Masela yg akan dimanfaatkan sekitar 1.200 MMSCFD, soal alokasi gas untuk Liquefied Natural Gas (LNG) dan industri, nanti ditentukan oleh tim bersama," jelasnya singkat.

Sebelumnya, Kemenperin, yang tergabung di dalam Kelompok Kerja tim khusus percepatan pembangunan Masela, mengatakan sedang mengkaji alokasi gas yang ideal bagi industri, dengan perhitungan yang dianggap tidak akan merugikan investor namun juga bisa berdampak baik bagi industri.

Namun, perhitungan ini masih perlu disesuaikan lagi dengan profitabilitas Inpex Coorporation dan Shell Upstream Overseas Services Ltd di masa depan selaku investor pengelola blok tersebut.

"Karena kami juga tidak mau Inpex dan Shell, selaku investor, malah tidak bisa menikmati hasil dari blok Masela. Untuk itu, kami bersama-sama akan hitung berapa persen alokasi gas untuk industri, yang tidak begitu merugikan profitabilitas investor namun juga bisa dinikmati oleh industri," terang Khayam, pekan lalu.

Sebagai informasi, revisi pengembangan fasilitas LNG Blok Masela sebelumnya telah diajukan oleh Inpex dan Shell di tahun 2014 setelah ditemukannya cadangan baru gas di Lapangan Abadi, Blok Masela dari 6,97 TCF ke angka 10,73 TCF pada tahun 2014.

Di dalam revisi Plan of Development (PoD) yang diajukan, kedua investor akan meningkatkan kapasitas fasilitas LNG dari 2,5 MTPA menjadi 7,5 MTPA. Jika rampung, pembangunan ini digadang akan menjadi proyek fasilitas LNG terbesar di dunia.

Namun pada bulan Maret lalu, Presiden Joko Widodo memutuskan pengembangan Blok Masela dilakukan secara onshore karena dinilai memiliki dampak yang lebih besar bagi masyarakat. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER