OJK Tanggapi Santai Peningkatan Kredit Macet Perbankan

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Selasa, 17 Mei 2016 18:54 WIB
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad menyebut angka NPL industri perbankan saat ini masih 2,8 persen atau di bawah ketentuan yakni 5 persen.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad menyebut angka NPL industri perbankan saat ini masih 2,8 persen atau masih di bawah ketentuan yakni 5 persen. (CNN Indonesia/Aghnia Adzkia).
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad mengaku tidak khawatir terhadap tren kenaikan rasio kredit macet (non performing loan/NPL) perbankan selama kuartal I 2016.

Muliaman beralasan angka NPL industri perbankan secara rata-rata saat ini masih 2,8 persen atau masih di bawah ketentuan yakni 5 persen.

"Lalu peningkatan (NPL) itu karena faktor pembaginya yang mengalami penurunan, yaitu pertumbuhan kredit yang mengalami penurunan, karena demand relatif menurun di kuartal pertama," kata Muliaman di Jakarta, Selasa (17/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia juga menyoroti kinerja pembiayaan bermasalah (NPF) yang dialami perbankan syariah, di mana sampai Februari 2016 lalu angkanya tembus 5 persen.

"Sebetulnya apa yang dialami bank syariah sama saja dengan bank lain. Intinya sisa-sisa 2015, akibat dari tekanan ekonomi yang luar biasa berat, pengusaha juga akan begitu," kata Muliaman.

Restrukturisasi Kredit Macet

Kendati demikian ia mengaku belum ada bank yang masuk dalam pengawasan OJK akibat tingginya kredit macet. Namun ia meminta perbankan konvensional maupun syariah untuk fokus melakukan perbaikan kualitas aset yang dimiliki salah satunya dengan merestrukturisasi kredit bermasalah yang tercatat.

"Sekarang tinggal satu hal yang perlu mereka lakukan yaitu restrukturisasi. Saya mendapat laporan sudah banyak dilakukan perbaikan terutama di perbankan syariah," katanya.

Secara keseluruhan ia optimistis pertumbuhan kredit di kuartal selanjutnya membaik didorong oleh perbaikan permintaan dan tingkat konsumsi masyarakat menjelang hari raya.

"Makanya kuartal II menjadi penting. Termasuk apakah bank-bank akan revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) nya, tergantung banyak perfoma ekonomi kita di kuartal II," katanya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER