Utang Bengkak Akibat Risiko Kurs, Menkeu Pastikan Fiskal Aman

Antara | CNN Indonesia
Senin, 30 Mei 2016 02:00 WIB
Spekulasi jelang kenaikan bunga The Fed dan meningkatnya kebutuhan dolar AS di dalam negeri untuk dividen dan utang pemerintah menjadi penyebab melemahnya kurs.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro (kedua kanan) bersama Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kedua kiri), Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad (kiri), dan Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah (kanan) memberi keterangan pers usai rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (13/5). (Antara Foto/Rosa Panggabean)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan, Bambang P.S. Brodjonegoro menilai ada dua permasalahan yang menyebabkan rupiah kembali melemah terhadap dollar AS. Pertama, meningkatnya aksi spekulasi menjelang rencana Bank Sentral AS atau The Federal Reserve menaikkan tingkat bunga acuannya pada Juni atau Juli mendatang.

"Ada kemungkinan (bunga The Fed) naiknya dua kali dalam setahun. Jadi itu masih kemungkinan. Itu lah yang dijadikan bahan spekulasi dan itu berlaku untuk semua mata uang emerging market," kata Menkeu di sela Kampanye Layanan Pajak e-Filing dan e-Billing, Minggu (29/5).

Penyebab kedua, lanjut Bambang, terjadi peningkatan permintaan dollar AS di dalam negeri guna memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan asing untuk membayar dividen ke pemegang saham.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Disinggung mengenai imbas ke keuangan negara, Menkeu mengaku sudah mengantisipasi dampak depresiasi kurs terhadap peningkatan utang pemerintah. Dia memastikan defisit APBN akan dijaga pada level yang aman dan tidak melampaui batas maksimal yang dipersyaratkan (3 persen PDB).  

"Utang kita kendalikan masih 2,7 persen dari GDP itu kecil sekali untuk keluaran banyak negara di dunia yang setara Indonesia. Masih sangat terkendali," ucap Menkeu.

Pada perdagangan pekan lalu, rupiah bergerak volatile dengan kecenderungan melemah terhadap dolar AS. Pada awal pekan, Senin (22/4) dolar AS dibuka pada harga Rp13.571 dan sempat melonjak hingga hampir menyentuh kisaran Rp17.000, sebelum akhirnya ditutup pada level Rp13.581 pada Jumat (27/5).

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo menilai wajar jika rupiah melemah terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir. Hal ini dipicu oleh aksi spekulasi di pasar uang  setelah menangkap sinyal kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada Juni mendatang.

"Portfolio investment yang masuk ke Indonesia mungkin juga ada dana dana yang sebetulnya tidak terlalu berencana untuk jangka panjang sehingga begitu ada perubahan mereka (investor) langsung melakukan koreksi," jelasnya, Kamis (26/5).

Selain itu, Agus menilai pasar keuangan global juga bergejolak akibat timbulnya risiko dari kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit).

Kendati demikian, Mantan Menteri Keuangan itu menilai pelemahan rupiah akan bersifat sementara dan tidak akan sedalam tahun lalu. Berdasarkan data Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia,  kurs tengah rupiah terhadap dolar AS sepanjang tahun lalu melemah 10,59 persen. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER