Gabung TPP, Thailand Bisa Rebut Pasar Ekspor Otomotif RI

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Rabu, 01 Jun 2016 14:30 WIB
Jika negeri gajah putih tersebut berhasil merangsek masuk TPP, Kemenperin khawatir sejumlah negara tujuan ekspor potensial akan direbut oleh Thailand.
Jika negeri gajah putih tersebut berhasil merangsek masuk TPP, Kemenperin khawatir sejumlah negara tujuan ekspor potensial akan direbut oleh Thailand. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan negara pesaing utama industri otomotif nasional, Thailand tengah berupaya bergabung dalam kerangka kerjasama Trans Pacific Partnership Agreement (TPPA). Jika negeri gajah putih tersebut berhasil merangsek masuk, Kemenperin khawatir sejumlah negara tujuan ekspor potensial akan direbut oleh Thailand.

Kepala bidang Kebijakan Fiskal, Badan Pusat Pengkajian Industri (BPPI) Kemenperin Reni Yanita mengatakan bergabungnya Thailand ke TPPA bisa merebut potensi ekspor otomotif ke negara-negara yang belum memiliki perjanjian perdagangan bilateral dengan Indonesia.

Dari 12 negara anggota TPP, ia menyebut Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bilateral dengan Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, dan Chile.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam melihat TPP bagi industri otomotif, kita perlu berhati-hati bila Thailand ikut. Indonesia harus siap karena ekspor ke negara-negara tujuan TPP bisa terancam," ujarnya di gedung Kementerian Perindustrian, Rabu (1/6).

Namun jika Indonesia jadi ikut TPP, ia tak yakin hasil produksi kendaraan roda empat dalam negeri bisa bersaing dengan produk Thailand. Pasalnya, saat ini Indonesia belum bisa memproduksi kendaraan yang memiliki emisi Euro 4 ke atas seperti Thailand.

Padahal menurutnya, kebanyakan permintaan kendaraan roda empat dari negara-negara anggota TPP telah menerapkan kebijakan emisi kendaraan bermotor.

"Memang sebelum mengarah ke sana, kami harus sama-sama membenahi biaya produksi yang mahal, kecukupan energi, dan juga teknologi yang bisa menghasilkan produk sesuai dengan pasarnya," jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, selama ini ekspor kendaraan bermotor Indonesia belum mendominasi keseluruhan output sektor otomotif Indonesia. Dari data yang dimilikinya, ekspor kendaraan bermotor roda empat ke negara-negara anggota TPP pada 2015 tercatat sebesar US$443,2 juta, atau 20,62 persen dari total output sektor otomotif Indonesia sebesar US$2,15 miliar.

Sementara itu, ekspor suku cadang kendaraan roda empat mengambil porsi terbesar ekspor industri otomotif dengan nilai US$910,6 juta atau 42,36 persen dari total output sektor otomotif dalam negeri.

"Nanti kalau Indonesia ikut TPP dan hanya bisa ekspor ke negara-negara anggota TPP yang itu-itu lagi seperti Jepang atau negara-negara ASEAN kan sama saja. Kami perlu TPP untuk meningkatkan perdagangan ke mitra baru, makanya industri otomotif perlu dibenahi sebelum ekspornya bisa menyaingi Thailand," ujarnya.

Cabut Investasi

Melengkapi ucapan Reni, Sekretaris Jenderal Institut Otomotif Indonesia Yanuarto Widihandono mengatakan, bukan rahasia umum jika daya saing industri otomotif Indonesia lebih rendah dibandingkan Thailand. Pasalnya, Thailand memiliki teknologi yang bisa menghasilkan kendaraan sesuai permintaan mayoritas negara anggota TPP.

Atas alasan itu, tak menutup kemungkinan nantinya investor otomotif dari negara-negara TPP lebih memilih Thailand dibanding Indonesia. Hal itu, jelasnya, akan berimbas pada meningkatnya indeks daya saing produk otomotif internasional (International Competitive Index for Automotive Products) Thailand yang pada tahun lalu berada di angka 0,49.

Sementara itu, ada kemungkinan peringkat Indonesia di indeks yang sama akan memburuk dari posisi tahun lalu yang sebesar -0,23.

"Kalau memang daya saingnya rendah, maka ada kemungkinan Indonesia akan banyak yang mengimpor. Masalahnya Indonesia masih lemah di material, sedangkan Thailand unggul di tier 1 yang lebih banyak mengutamakan teknologi transfer," jelasnya di lokasi yang sama.

Sebagai informasi, Thailand mengumumkan minatnya masuk ke TPP pada 2012 lalu sementara Indonesia baru menyampaikan hal yang sama November tahun lalu.

Menurut data Asean Automotive Federation (AAF) di 2015, produksi kendaraan bermotor Thailand sebesar 1,91 juta unit atau naik 2 persen dari 2014 sebesar 1,88 juta unit. Sementara itu, Indonesia hanya mampu memproduksi 1,09 juta unit atau menurun 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya 1,29 juta unit. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER