Jakarta, CNN Indonesia -- Dana Pensiun (Dapen) Pertamina berencana meningkatkan porsi dana kelolaan di instrumen reksa dana hingga 50 persen dalam jangka panjang, dari alokasi saat ini di angka 2 persen.
Dapen Pertamina mencatat total dana kelolaan per Mei 2016 sebesar Rp9,8 triliun. Jumlah tersebut tumbuh dari capaian di Februari 2016 sebesar Rp9,3 triliun.
Presiden Direktur Dapen Pertamina Adrian Rusmana mengatakan, perusahaan mengalokasikan dana kelolaannya ke berbagai instrumen, di antaranya reksa dana, reksa dana
exchange traded fund (ETF), reksa dana penyertaan langsung, obligasi negara, dan obligasi lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara rinci, lanjutnya, Dapen Pertamina menaruh porsi yang paling besar untuk instrumen obligasi negara, yakni 28 persen. Sementara, reksa dana adalah instrumen dengan porsi terkecil yaitu 2 persen.
"Besarnya di obligasi negara, karena ada keharusan dan likuiditas yang baik. Imbal hasilnya juga sudah cukup baik dan sudah memenuhi aturan Otoritas Jasa Keuangan [OJK]," tuturnya, Rabu (8/6).
Adrian menyatakan, Dapen Pertamina akan menaikkan porsi untuk instrumen reksa dana hingga 50 persen. Rencana ini akan dilakukan dengan cara bertahap, misalnya saja porsi akan dinaikkan menjadi 5 persen lalu 10 persen. Maka dari itu, rencana ini tidak memiliki tenggat waktu.
Pengalihan portofolio investasi Dapen Pertamina ini dilakukan karena perusahaan merasa porsi di instrumen obligasi negara sudah cukup. Hal itu membuat perusahaan melirik instrumen lain, seperti reksa dana.
"50 persen itu tidak ada target waktu agar fleksibilitasnya ada," terangnya.
Sebagai informasi, Dapen Pertamina baru saja menjalin kerja sama pengelolaan investasi melalui reksa dana premier ETF SRI-KEHATI, yang berisi kurang lebih 25 saham yang mengacu pada tata cara investasi yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sosial atau disebut Sustainable and Responsible Investment (SRI).
"Diharapkan, dengan penggunaan ETF berbasis Indeks SRI-KEHATI ini, Dapen Pertamina secara mudah berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang menguntungkan secara ekonomi karena memiliki neraca keuangan yang baik, sehingga memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan sosial untuk kelestarian lingkungan hidup," papar Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI M.S. Sembiring.
(gir)