Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menerbitkan surat utang negara (SUN) dalam valuta asing sebesar 100 miliar yen atau setara Rp12,58 triliun.
Dalam keterangan resmi Rabu (15/6), DJPPR menyatakan SUN valas berdenominasi yen tersebut diterbitkan dalam dua seri, yaitu seri G dan H. Seri G memiliki tenor 3 tahun dengan nominal yang diterbitkan sebesar 62 miliar yen berkupon 0,83 persen yang akan diterbitkan pada 21 Juni 2016 dan jatuh tempo pada 21 Juni 2019.
Seri G akan didistribusikan ke
city bank 10,5 persen, dana publik 25 persen, asuransi jiwa 4,8 persen,
asset manager 11,3 persen, bank daerah 4,8 persen,
community bank 3,6 persen, dan lainnya 4 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, seri H memiliki tenor 5 tahun dengan nominal yang diterbitkan sebesar 38 miliar yen berkupon 1,16 persen yang akan diterbitkan pada 21 Juni 2016 dan jatuh tempo pada 21 Juni 2021.
Adapun seri H akan didistribusikan ke
city bank 52,6 persen, dana publik 25,8 persen, bank daerah 9,2 persen,
community bank 2,6 persen, dan lainnya 9,8 persen.
Lebih lanjut, penerbitan dan setelmen kedua seri Samurai Bonds akan dilakukan pada tanggal 21 Juni 2016.
Joint Lead Arrangers dalam transaksi ini adalah Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities Co., Ltd., Mizuho Securities Co., Ltd dan SMBC Nikko Securities Inc.
DJPPR menjelaskan, Samurai Bonds ini diterbitkan dengan format “
private placement” (
shibosai) dengan target
Japanese qualified institutional investors (QII) dan kurang dari 50 investor non-QII (
general investors).
Penerbitan ini merupakan penerbitan dual-tranche pertama tanpa menggunakan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Guaranteed. Penerbitan kali ini mencapai penawaran dengan jumlah nominal sesuai benchmark dan menghasilkan diversifikasi investor yang beragam di pasar modal Jepang.
Pemerintah menilai penerbitan ini memperoleh respon investor Jepang yang cukup besar ditandai dengan adanya sejumlah investor baru. Permintaan terbesar umumnya berasal dari sektor perbankan pusat dan regional,
community bank, dana publik, asuransi jiwa dan asset manager.
Selain itu, DJPPR menilai hadirnya investor baru dan tingginya minat investor regional menandakan strategi pemerintah untuk memperluas basis investor global berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk hadir secara berkelanjutan di pasar modal Jepang.
Fitch Ratings, memberi peringkat obligasi negara berdenominasi yen itu setara dengan BBB-.
"Peringkat tersebut diharapkan sejalan dengan peringkat utang jangka panjang mata uang asing yang diterbitkan di Indonesia yakni BBB- dengan Outlook Stabil," ujar Thomas Rookmaaker, Analis Utama Fitch Rating melalui keterangan resmi.
Menurutnya, peringkat obligasi yen itu peka terhadap setiap perubahan utang jangka panjang di Indonesia. Pada Mei 2016, Fitch menegaskan peringkat kredit Indonesia BBB- dengan prospek stabil.
(gir/gir)