PDB Kuartal II RI Masih Kalah dari Filipina dan Vietnam

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Senin, 20 Jun 2016 21:21 WIB
Bank Dunia menilai Indonesia dapat mengejar ketinggalan PDB dari negara tetangga dengan meningkatkan produksi sektor manufaktur.
Bank Dunia menilai Indonesia dapat mengejar ketinggalan PDB dari negara tetangga dengan meningkatkan produksi sektor manufaktur. (Dok. Sekretariat Kabinet).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Dunia merilis prediksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada angka 5,1 persen pada kuartal II tahun 2016. Meski lebih baik bila dibandingkan Malaysia 4,4 persen dan Thailand 2,5 persen, namun angka perkiraan itu masih kalah dibandingkan Filipina 6,4 persen dan Vietnam 6,2 persen.

Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Rodrigo Chaves menilai, Indonesia dapat mengejar ketinggalan dari negara tetangga dengan meningkatkan sektor manufaktur. Terlebih, saat ini harga komoditas dunia masih belum menggairahkan.

"Indonesia bisa tingkatkan sektor manufaktur. Saat ini sektor manufaktur Vietnam jauh lebih besar dari Indonesia. Indonesia bisa merevitalisasi sektor manufaktur ini," ungkap Chaves dalam forum Indonesia Economic Quarterly, Senin (20/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasalnya, menurut Chaves, sektor manufaktur Indonesia pernah berada di puncaknya yaitu pada medio 1990-an dengan pertumbuhan mencapai 11 persen. Sedangkan saat ini, hanya berkisar 4 persen.

Ia juga menambahkan bahwa sektor manufaktur dan jasa merupakan sektor yang dapat menggaet banyak pekerja dengan keterampilan dan upah yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan pendapatan masyarakat.

Hal senada juga disampaikan Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop. Ia meyakini Indonesia bisa memperluas kesempatan melalui sektor manufaktur dan jasa, mengingat sektor komoditas yang biasanya dijadikan tumpuan masih lemah.

"Ini kesempatan besar untuk terus melaksanakan reformasi, yang dapat memperkuat daya saing sektor manufaktur dan jasa, khususnya pariwisata," kata Diop dalam kesempatan yang sama.

Diop menambahkan, dalam membangun sektor manufaktur, Indonesia dapat terus menjalankan reformasi kebijakan dan mengambil langkah strategis pengembangan sektor manufaktur dengan pemanfaatan teknologi, pengembangan desain produk, hingga perencaaan dan pembangunan industri.

Karena saat ini, menurut Ndiame, produksi sektor manufaktur Indonesia masih terbatas pada produk teknologi rendah, peleburan materi, dan perakitan. Hal ini membuat Indonesia terpaksa bergantung pada perusahaan multi nasional saja.

Tak jauh berbeda, Kepala Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Kasan memaparkan bahwa Indonesia bisa mengolah dan melakukan perakitan produk untuk meningkatkan nilai jual di sektor manufaktur.

"Sekarang kita lihat, produk kita kirim ke luar lalu nilainya bertambah karena mereka yang mengelola lebih jago. Jadi, kita harus bisa mengolah sendiri agar kelebihan nilai jualnya bisa kita yang dapati," jelas Kasan usai forum.

Sebagai informasi, berdasarkan data Bank Dunia, perkembangan sektor manufaktur Indonesia hanya berkembang pada kisaran 0,6 persen dalam 15 tahun terakhir. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER