Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) berhasil mengamankan US$925 juta dari program penghematan
Breakthrough Project New Initiatives yang dijalankan perusahaan sampai Mei 2016.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menjelaskan penghematan setara Rp12,25 triliun tersebut berhasil diraih melalui beragam cara. Pertama adalah dengan melakukan negosiasi kontrak baru, renegosiasi kontrak-kontrak yang sudah berjalan, optimasi
inventory, dan sentralisasi
material procurement yang menimbulkan penghematan US$144 juta.
Sementara revitalisasi unit bisnis
Integrated Supply Chain (ISC), berhasil menghasilkan penghematan US$61,9 juta dari selisih Alpha serta dari realisasi aktivitas pengadaan minyak mentah serta produk turunannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk Pembenahan Tata Kelola Arus Minyak yang bertujuan utama untuk menekan losses dapat meraih total US$94,81 juta. Kegiatan
Marketing Operation Excellence melalui berbagai terobosan kegiatan
marketing seperti
sales Pertalite, efisiensi biaya perkapalan dengan optimalisasi tonase kapal dan
bunker Shipping memberikan nilai tambah sebesar US$63 juta.
Selain itu, efisiensi pengolahan yang bersumber dari optimalisasi
bottom products di kilang dan efisiensi energi dapat memberikan nilai tambah sebesar US$22,78 juta. Sementara itu, efisiensi per direktorat dengan cara optimalisasi biaya operasi telah mencapai US$71 juta.
“Namun efisiensi terbesar datang dari optimalisasi biaya operasi anak perusahaan yang mencapai US$412 juta,” kata Dwi dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (21/6).
Secara keseluruhan, mantan bos PT Semen Indonesia Tbk itu mengklaim realisasi penghematan US$925 juta itu 48 persen lebih tinggi dibandingkan target.
“Kami menargetkan nilai tambah dari kegiatan ini dapat mencapai US$1,64 miliar hingga akhir tahun,” kata Dwi.
Kinerja Hilir dan EfisiensiDirektur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai keberhasilan Pertamina melakukan penghematan bisa menjadi kunci bagi perusahaan untuk meningkatkan perolehan labanya di akhir tahun yang sempat merosot.
Menurut Komaidi, selama ini sektor hilir Pertamina banyak menanggung beban penugasan distribusi bahan bakar minyak (BBM) dan kerugian dari bisnis
liquefied natural gas (elpiji) 12 kilogram (kg) .
Berly Martawardaya, pengamat ekonomi energi dari Universitas Indonesia, menjelaskan segmen usaha Pertamina yang terintegrasi dari hulu hingga hilir bisa jadi berdampak positif bagi kinerja perseroan di tengah harga minyak yang rendah. Namun hal itu tentu saja harus dilihat saat laporan keuangan Pertamina dirilis nantinya.
“Untuk mempertahankan kinerja keuangan yang positif hingga akhir tahun, Pertamina harus tetap menjaga efisiensi di sektor hilir,” katanya.
Pertamina pada kuartal I 2016 berhasil menjual BBM sebanyak 15,08 juta kiloliter (KL), naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 14,86 juta KL BBM. Kenaikan volume penjualan diikuti dengan peningkatan keuntungan yang signifikan seiring turunnya harga rata-rata minyak dunia..
Tidak hanya dari premium, penjualan bahan bakar khusus Pertamina, seperti pertalite dan pertamax series naik signifikan. Pertalite yang sejak diluncurkan pada Juli 2015 hingga akhir 2015 mencatat penjualan 370 ribu KL, pada tiga bulan pertama 2016 telah membukukan penjualan 590 ribu KL. Kenaikan signifikan juga dicatat pertamax yang sepanjang kuartal I 2016 telah terjual 1,08 juta KL atau 40 persen dari total penjualan sepanjang 2015 yang mencapai 2,64 juta KL.
Penjualan produk non-BBM juga meningkat dari 3,29 juta KL menjadi 3,46 juta KL. Pangsa pasar pelumas pun membesar, yakni 59 persen pada kuartal I 2015 menjadi 59,1 persen pada kuartal I lalu.
Selain sektor hilir, kinerja sektor hulu Pertamina juga meningkat. Produksi minyak Pertamina pada kuartal I 2016 mencapai 306,25 ribu barel per hari (bph), naik dari periode sama tahun lalu yang sebesar 267,9 ribu bph. Produksi gas juga meningkat dari 1,62 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) menjadi 1,98 BSCFD.
Demikian pula produksi panas bumi meningkat menjadi 761,51
gigawatt hour (GWh) dari sebelumnya 716,16 GWh.
Pertamina juga mencatat kinerja di sektor pengolahan dengan imbal hasil produk atau
yield valuable product mencapai 76,96 persen pada kuartal I 2016. Angka ini lebih tinggi dari periode sama tahun lalu yang mencapai 71,16 persen. Sementara total hasil olahan kilang atau total
output kilang meningkat dari 70,08 juta barel menjadi 75,94 juta barel.
(gen)