Jakarta, CNN Indonesia -- PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) atau Askrindo mewaspadai potensi peningkatan kredit bermasalah, terutama untuk kredit segmen mikro non Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang membuat perusahaan harus meningkatkan pencadangan atas klaim yang dibayarkan.
Direktur Utama Askrindo Antonius C.S. Napitupulu menyatakan realiasi pencapaian premi hingga saat ini masih sesuai dengan rencana kerja perusahaan namun jika menilik realisasi klaim hingga Mei, maka manajemen perlu memberi perhatian khusus. Anton menyebutkan hingga Mei, klaim yang dibayarkan oleh Askrindo telah mencapai 40 persen terhadap anggaran.
"Tahun ini klaim masih lumayan tinggi, memang perlambatan ekonomi masih berlanjut dari tahun lalu. Klaim sudah 40 persen itu sinyal bahwa tekanan lumayan tinggi," ujar Anton, kemarin malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anton mengatakan hingga akhir Mei 2016 perseroan telah membukukan Rp1,35 triliun atau 45 persen pendapatan premi dari target yang direncanakan. Dia menargetkan dapat meraup premi Rp3 triliun lebih hingga akhir tahun nanti.
"Penyumbang pendapatan terbesar masih dari asuransi," kata Anton.
Sedangkan jika dilihat lebih lanjut, dia menjelaskan bisnis penjaminan KUR turut membantu peningkatan pendapatan perusahaan. Tercatat hingga saat ini Askrindo telah menjamin KUR hingga Rp29 triliun.
Dia mengatakan penyumbang premi lainnya yang tumbuh cukup besar adalah
surety bond. Antonius memperkirakan premi dari lini ini akan tumbuh semakin signifikan mengingat tren belanja pemerintah baru akan meningkat di Mei hingga akhir tahun.
"
Surety sangat tergantung dengan infrastruktur, saat ini kami sedang banyak mengikuti tender penyediaan asuransinya," tambah Antonius.
Askrindo sendiri saat ini memiliki enam lini bisnis yaitu penjaminan KUR, asuransi kredit,
suretyship, asuransi kredit perdagangan, asuransi umum dan reasuransi.