Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menilai rencana Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit akan berdampak pada sistem keuangan global, baik melalui saluran pasar keuangan maupun pasar modal. Sebagai bagian dari negara di dunia, Indonesia juga akan menerima imbasnya.
“Kami (Indonesia) akan menjadi bagian dari negara-negara di seluruh dunia yang pasti terkena dampak gejolak sistem keuangan dunia itu,” tutur Bambang, kemarin malam.
Kendati demikian, Bambang belum bisa memprediksi seberapa besar dampak Brexit terhadap keuangan global. Kemungkinan dampak Brexit terhadap Indonesia pun kecil. "Indonesia hanya satu bagian kecil dari sistem keuangan global," ucapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah Jerman, Inggris merupakan salah satu negara dengan perekonomian terbesar di Uni Eropa. Tak heran, sebagai konsekuensi Brexit, gejolak pasar keuangan yang merembet ke negara-negara Uni Eropa tak terhindarkan. Namun, pengaruh tersebut diperkirakan hanya bersifat sementara sampai ada equilibrium baru, Uni Eropa tanpa Inggris.
Namun, Bambang memprediksi, kemungkinan Inggris tetap bergabung menjadi bagian dari Uni Eropa masih sangat besar. Mengingat, keuntungan yang diperoleh Inggris lebih besar ketimbang keluar dari Uni Eropa.
"Kami masih melihat besar kemungkinannya Inggris menjadi bagian dari Uni Eropa. Karena, banyak keuntungan Inggris dengan menetap," terang dia.
Robert Pakpahan, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu menduga, pasar keuangan pada pekan ini cemas menanti keputusan yang akan diambil oleh Inggris. Pasalnya, selama ini, risiko Brexit belum pernah terjadi dan diantisipasi oleh pasar.
Kecemasan pasar tercermin dari hasil penawaran lelang Surat Utang Negara (SUN) pekan ini yang mencapai Rp17,53 triliun dari target Rp12 triliun atau lebih rendah dari rata-rata penawaran lelang mingguan yang tembus Rp25 triliun. "Mungkin, salah satu penyebabnya itu (referendum Brexit)," imbuh Robert.
Menurut Robert, Brexit kemungkinan berdampak negatif pada nilai tukar rupiah di pasar keuangan dan indeks harga saham. Hal itu, dipicu oleh kepanikan pelaku pasar selama mencerna risiko yang belum pernah terjadi. Namun demikian, dampaknya diperkirakan hanya sementara.
Pun demikian, Robert mengaku, tak perlu terlalu khawatir atas risiko keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Toh, lelang obligasi berdenominasi euro untuk anggaran tahun ini telah dilakukan pemerintah beberapa waktu lalu dengan raupan 3 miliar euro.
(bir/gen)