BI: Rupiah Melemah Karena Pasar Risk Off Akibat Brexit

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 24 Jun 2016 16:05 WIB
Gubernur BI Agus DW Martowardojo menilai saat ini pasar dalam kondisi risk off di mana pelaku pasar cenderung menghindari risiko.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo menilai saat ini pasar dalam kondisi risk off di mana pelaku pasar cenderung menghindari risiko. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS disebabkan pelaku pasar memindahkan dananya ke negara yang diyakini aman (flight to quality), akibat keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

“Kami melihat ini adalah sesuatu yang wajar karena memang ada suatu flight to quality,” tutur Gubernur BI Agus DW Martowardojo saat ditemui di kantor BI, Jumat (24/6).

Hingga kemarin, kata Agus, nilai tukar rupiah masih berada di level Rp13.260 per dolar AS, dan secara tahun berjalan telah menguat 4 persen. Tetapi hari ini, Reuters mencatat rupiah sempat menyentuh level Rp13.425 per dolar AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, kubu pendukung Brexit memenangkan hasil referendum dengan meraup 51,9 persen suara.

Hasil referendum yang memenangkan kubu pendukung Brexit, tidak hanya menekan rupiah tetapi juga sejumlah mata uang negara lain. Pound sterling, hari ini di pasar keuangan tertekan di kisaran 10 hingga 11 persen. Pelemahan itu, kata Agus, terendah selama 30 tahun terakhir.

“Euro juga melemah, tetapi pelemahannya sekitar satu hingga dua persen,” ujarnya.

Menurut Agus, saat ini pasar dalam kondisi risk off di mana pelaku pasar cenderung menghindari risiko, kemudian menarik dananya dan menaruhnya di negara yang dinilai aman. Berdasarkan pengamatannya, negara yang diminati pelaku pasar ada Amerika Serikat dan Jepang.

“Banyak mata uang yang tertekan tetapi kita lihat dolar AS dan yen ada penguatan. Itu menunjukkan bahwa mereka (AS dan Jepang) menjadi tempat yang diminati pada saat situasi risk off ini,” kata Mantan Menteri Keuangan ini.

Lebih lanjut, Agus meyakini pelemahan rupiah hanya akan terjadi sementara. Hal itu didukung oleh perekonomian Indonesia yang disebutkan tengah dalam kondisi prima dengan tingkat inflasi yang terjaga.

“Selain itu, hubungan perdagangan antara Indonesia dan Inggris tidak terlalu besar dari sisi ekspor dan impor meskipun dampak keuangannya ada dalam bentuk aliran dana (keluar) tadi,” ujarnya.

Agus mengingatkan, hasil referendum Brexit tidak bisa langsung mengakibatkan Inggris keluar dari Uni Eropa. Ia menjelaskan, setelah referendum, Inggris harus membuat pernyataan resmi kepada Uni Eropa untuk keluar. Hal itu akan diikuti proses negosiasi yang membutuhkan waktu setidaknya dua tahun.

Selanjutnya, Agus menegaskan BI akan selalu berada di pasar untuk menjaga kestabilan rupiah sehingga Brexit tidak berdampak buruk terhadap perekonomian Indonesia. (gir/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER