Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui pasar modal Indonesia masih kalah dibandingkan dengan bursa saham negara-negara tetangga dari sisi jumlah emiter terdaftar. Otoritas bursa berdalih, kurangnya pemahaman mengenai 'perusahaan terbuka (
Go Public)' yang menyebabkan banyak perusahaan enggan melakukan penawaran saham di pasar modal.
Tito Sulistio, Direktur Utama BEI mengungkapkan, jumlah perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI saat ini baru berjumlah 527 emiten. Meskipun sejak 2010 jumlahnya meningkat 25 persen dan tumbuh paling tinggi di regional Asia, tetapi berdasarkan data World Federation of Exchange (WFE) masih kalah banyak dibandingkan bursa Thailand, Singapura, dan Malaysia.
WEF mencatat, sebanyak 644 emiten melantai di bursa saham Thailand. Sedangkan Singapura dan Malaysia, masing-masing sebanyak 766 emiten dan 904 emiten.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
India merupakan negara dengan jumlah emiten terbanyak di Asia, yakni sebanyak 5.949 emiten mencatatkan sahamnya di BSE India Limited dan 1.811 emiten di National Stock Exchange of India. Disusul kemudian oleh China, yang tersebar di bursa saham Hong Kong (1.899), Shanghai (1.100), dan Shenzhen (1.774). Berikutnya adalah bursa saham Jepang (3.521) dan Korea (1.981).
Untuk menambah jumlah emiten, Tito mengatakan, BEI mengembangkan Pusat Informasi
Go Public.
"Dengan informasi tersebut, diharapkan pemilik dan manajemen perusahaan-perusahaan yang memerlukan pendanaan dapat memahami bahwa proses yang dijalankan untuk
go public tidak serumit dan semahal yang dibayangkan," ujar Tito saat peresmian Pusat Informasi
go Public, Senin (27/6).
Target IPODari target 35 perusahaan pada tahun ini, lanjut Tito, baru enam perusahaan yang melepas saham perdananya atau
Initial Public Offering (IPO) pada tahun ini. Dia berharap target IPO tersebut tercapai dengan adanya pusat informasi
Go Public.
"Bulan ini ada satu (yang IPO), tanggal 30 (Juni). Terus minggu depan ada satu," ungkapnya.
Nurhaida, Kepala Eksekutif Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berharap keberadaan Pusat Informasi
Go Public dapat memudahkan perusahaan-perusahaan yang awam mengenai bursa saham atau tidak tahu cara untuk
go public.
"Ini sudah lama kami cita-citakan, karena banyak calon-calon emiten yang mau
go public tapi tidak tahu mau ke mana. Nanti selain di Jakarta, juga dibuka di daerah-daerah. Jadi pada dasarnya kami berikan kemudahan," tutur Nurhaida.
(ags/gen)