IHSG Rawan Profit Taking

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Jumat, 01 Jul 2016 08:48 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan diperkirakan bergerak variatif dipicu potensi aksi ambil untung (profit taking) setelah menguat empat hari berturut-turut.
Indeks Harga Saham Gabungan diperkirakan bergerak variatif dipicu potensi aksi ambil untung (profit taking) setelah menguat empat hari berturut-turut. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak variatif pada perdagangan perdana bulan Juli 2016. Hal ini dipicu potensi aksi ambil untung (profit taking) setelah IHSG menguat empat hari berturut-turut.

Kepala Riset First Asia Capital, David Sutyanto menyatakan, bursa saham global tadi malam kembali melanjutkan penguatan untuk tiga hari perdagangan berturut-turut pasca tekanan jual di awal pekan ini menyusul keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Ia merinci, indeks Eurostoxx di kawasan Uni Eropa tadi malam menutup akhir Juni dengan penguatan 1,15 persen ke level 2.864,74. Di Wall Street AS, indeks saham utama Dow Jones dan S&P masing-masing menguat 1,33 persen dan 1,36 persen ke level 1.7929,99 dan 2.098,86.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perlu diketahui, indeks Dow Jones dan S&P sepanjang Juni lalu berhasil menguat masing-masing 0,8 persen dan 0,09 persen. Sedangkan indeks The MSCI Emerging Market tadi malam melanjutkan penguatan 1,5 persen ke level 834,10.

Sementara, harga minyak mentah tadi malam di AS terkoreksi 3 persen ke US$48,40 per barel. Jika dilihat, maka harga minyak mentah sepanjang Juni kemarin mengalami koreksi 0,9 persen setelah bulan sebelumnya naik 6,22 persen.

Lebih lanjut David menyatakan, pasar kembali memburu aset berisiko sepanjang tiga sesi perdagangan terakhir pasca tekanan jual akibat Brexit. Hal ini dipicu optimisme atas sejumlah komitmen bank sentral dunia untuk melonggarkan kembali kebijakan moneternya dalam mengantisipasi dampak pemburukan ekonomi global pasca keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

"ECB kemarin mengeluarkan pernyataan akan melonggarkan aturan pembelian obligasi dalam program stimulusnya. Sedangkan bank sentral Inggris atau BoE menyatakan akan melonggarkan kebijakan moneternya bulan ini," kata David, Jumat (1/7).

Adapun, IHSG kemarin ditutup menguat ke level 5.016 atau 36,54 poin (0,7 persen). Artinya, IHSG pada perdagangan akhir Juni kemarin melanjutkan tren kenaikan dengan berhasil menembus level 5.000 untuk pertama kalinya sejak perdagangan 8 Juni 2015 lalu. Sementara, nilai transaksi di pasar reguler mencapai Rp6,5 triliun dan pembelian bersih asing berlanjut mencapai Rp1,74 triliun.

"Rendahnya risiko pasar saham global dan kawasan dan optimisme atas keberhasilan program tax amnesty telah mendorong akumulasi beli pemodal.

Ia menjelaskan, sepanjang Juni lalu IHSG berhasil menguat 4,6 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Juni lalu menguat 3,2 persen di level Rp13,180," terang David.

"Untuk perdaganagan hari ini, IHSG diperkirakan bergerak variatif dalam rentang terbatas, yakni dengan support 4.980 dan resisten 5.030. IHSG akan rawan profit taking jangka pendek setelah mengalami kenaikan dalam empat hari perdagangan berturut-turut," jelasnya.

Sementara, analis Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya memprediksi IHSG berada dalam rentang support 4.904 dan resisten 5.078.

William menyatakan, data inflasi yang diperkirakannya stabil pada awal bulan akan membantu menopang pergerakan IHSG hari ini, sehingga IHSG masih memiliki potensi untuk menguat. Selain itu, arus modal asing (capital inflow) yang masih berlanjut juga turut menopang menguatnya perdagangan hari ini.

"Hal ini menunjukkan masih besarnya kepercayaan investor terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Beberapa faktor penunjang stabilnya perekonomian kita terlihat dari data perekonomian terlansir. Tentunya hal ini dapat menumbuhkan kepercayaan investor terhadap pasar modal kita," terang William dalam risetnya. (gir/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER