Jakarta, CNN Indonesia -- Keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) membuat pelaku pasar khawatir. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) amblas di sesi I perdagangan pada akhir pekan ini, bersamaan dengan jebloknya bursa saham regional Asia.
Seperti dilansir
BBC, kubu pihak yang memilih untuk keluar dari Uni Eropa telah memenangkan referendum. Hingga pukul 12.00 WIB, 16,99 juta warga Inggris memilih untuk keluar, menang dari 15,81 juta orang yang memilih untuk tetap menjadi bagian dari Uni Eropa.
Hal tersebut nyatanya membuat pelaku pasar saham dunia khawatir, khususnya indeks bursa kawasan Asia, yang telah memulai perdagangannya. Indeks Nikkei 225 Jepang terpantau amblas 8,32 persen, indeks Hang Seng Hong Kong terjun 4,78 persen, dan indeks Kospi Korea turun 3,47 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan jeblok 2,28 persen ke level 4.763 pada sesi I perdagangan Jumat (24/6), dari level 4.874 di penutupan sebelumnya. Data RTI Infokom mencatat, sebanyak 250 saham melemah, 53 saham tidak bergerak, dan hanya 42 saham yang menguat.
Nilai transaksi perdagangan sepanjang sesi I mencapai Rp2,83 triliun dengan volume sebanyak 3,63 miliar lembar saham dan frekuensi 147.210 kali. Adapun pemodal asing mencatatkan aksi jual bersih senilai Rp34,3 miliar di pasar reguler.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, kenyataan hasil referendum mengejutkan pelaku pasar. Menurutnya, kendati secara fundamental Indonesia tidak terpengaruh, tetapi secara sentimen pasti akan terkena imbas.
“Secara fundamental memang enggak berpengaruh. Tapi kalau bursa global rontok, tetap saja IHSG bakalan kena juga,” katanya.
Pada pagi ini, lanjutnya pemodal asing sebenarnya tetap dalam posisi beli, dengan intensitas kurang lebih sama dengan kemarin. Akan tetapi, kata Satrio, pasar ketakutan akan issue Brexit dan membuat IHSG melanjutkan tren turun yang kemarin sudah muncul.
“Sejauh ini ada level support di 4.789. Akan tetapi konsolidasi sampai 4.740-4.750 sebenarnya masih terlihat normal,” jelasnya.
Satrio menjelaskan, jika pasar bereaksi negatif terhadap Brexit, maka aksi jual karena panic (
panic selling) sepertinya akan terjadi di awal sesi 2, dan pada perdagangan besok pagi di bursa global. Menurutnya, pasar hanya bisa ditenangkan ketika sudah ada pernyataan yang menenangkan dari Pemerintah Inggris.
“Satu hal yang saya tanamkan adalah, sentimen Brexit ini hanya sentimen bukan fundamental. Kalau sentimen itu nanti berarti
rebound-nya cepat. Problemnya, memang
bottom-nya [level dasar] dekat? Memang
bottom-nya di mana? Itu yang akan kita lihat dalam beberapa hari mendatang,” ujarnya.
(gir)