Jakarta, CNN Indonesia -- Industri perusahaan pembiayaan (multifinance) masih melanjutkan perlambatan bisnis, tercermin dari perolehan labanya yang turun 7,70 persen per Mei 2016. Namun demikian, penurunannya masih lebih baik ketimbang bulan lalu yang tercatat turun 17,71 persen.
Per Mei 2016, multifinance membukukan laba Rp4,51 triliun atau turun 7,70 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp4,89 triliun. Penurunan dikarenakan pertumbuhan beban industri lebih kencang daripada kenaikan pendapatannya.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total pendapatan industri multifinance tumbuh 5,25 persen dari Rp34,95 triliun menjadi Rp36,79 trilliun (Mei 2015 ke Mei 2016). Sementara, total bebannya meningkat 6,28 persen atau menjadi Rp30,47 triliun yang ditopang oleh kenaikan beban non operasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suwandi Wiratno Siahaan, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) meramal, perolehan laba multifinance masih akan tertekan di sepanjang tahun ini, seiring dengan lesunya aktivitas penyaluran pembiayaan, terutama pada lini sewa guna usaha dan pembiayaan konsumen.
Selain itu, industri multifinance juga dibayangi dengan meningkatnya risiko pembiayaan. Hal itu terlihat dari rasio pembiayaan bermasalah (nonperforming finance/NPF) multifinance yang meningkat cukup drastis, yaitu dari 1,41 persen pada Mei 2015 menjadi 2,23 persen pada periode yang sama tahun ini.
"Lini bisnis sewa guna usaha kan turun. Sementara, pembiayaan konsumen yang porsinya paling besar dari total piutang pembiayaan juga tumbuhnya tidak banyak, sehingga, faktor pembaginya menjadi tertekan. Jadi, NPF itu naik bukan semata-mata karena pembiayaan macet," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, kemarin.
Sekadar informasi, per Mei 2016, pembiayaan yang mengalir ke segmen sewa guna usaha sebesar Rp101,44 triliun atau turun 9,40 persen. Sementara, pembiayaan konsumen cuma tumbuh 2,65 persen menjadi Rp255 triliun dari periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp248,44 triliun.
Adapun, lini usaha pembiayaan lainnya, yakni anjak piutang dan kartu kredit masing-masing sebesar Rp11,21 triliun dan Rp118 miliar. "Kalau total pembiayaannya tumbuh, saya kira, NPF akan menyusut. Perkiraan saya, NPF akhir tahun akan berkisar 2-2,5 persen," pungkasnya.
(bir)