Rasio Pembiayaan Macet Multifinance Mendaki ke 2,23 Persen

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Jumat, 01 Jul 2016 13:50 WIB
NPF industri multifinance meningkat 0,82 persen secara tahunan. Rasio NPF ini tercatat berada di level tertinggi yang pernah ada sejak awal tahun lalu.
NPF industri perusahaan pembiayaan atau multifinance meningkat 0,82 persen secara tahunan menjadi sebesar 2,23 persen pada Mei 2016. Kenaikan terutama disumbang oleh bisnis pembiayaan kendaraan bermotor roda empat jenis komersial (produktif) ketimbang mobil penumpang. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Rasio pembiayaan bermasalah (nonperforming finance/NPF) industri perusahaan pembiayaan atau multifinance meningkat 0,82 persen secara tahunan menjadi sebesar 2,23 persen pada Mei 2016. NPF ini tercatat berada di level tertinggi yang pernah ada sejak awal tahun lalu.

Berdasarkan Statistik Pembiayaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tren kenaikan NPF terjadi sejak Mei 2015 dan terus mendaki hingga saat ini.

Suwandi Wiratno, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mengatakan, kenaikan NPF tidak terlepas dari perlambatan pertumbuhan pembiayaan. Apalagi, penyumbang bisnis pembiayaan kedua terbesar setelah pembiayaan konsumen, yaitu sewa guna usaha mengalami penurunan hingga 9,40 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sewa guna usaha kan turun. Sementara, pembiayaan konsumen yang porsinya paling besar dari total piutang pembiayaan juga tumbuhnya tidak banyak, sehingga faktor pembaginya menjadi tertekan. Jadi, NPF naik itu bukan semata-mata karena pembiayaan macet," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (1/7).

Sekadar informasi, per Mei 2016, pembiayaan yang mengalir ke segmen sewa guna usaha sebesar Rp101,44 triliun atau turun 9,40 persen. Sementara, pembiayaan konsumen cuma tumbuh 2,65 persen menjadi Rp255 triliun dari periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp248,44 triliun.

Adapun, lini usaha pembiayaan lainnya, yakni anjak piutang dan kartu kredit masing-masing sebesar Rp11,21 triliun dan Rp118 miliar.

"Kalau pembiayaannya tumbuh, saya kira, NPF akan menyusut. Perkiraan saya, NPF sampai akhir tahun berada di kisaran 2-2,5 persen. Ini masih di bawah NPL bank dan jauh dari ketentuan maksimal 5 persen. Ya, tidak terlalu mengkhawatirkan lah," terang Suwandi.

Rasio pembiayaan bermasalah PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) juga ikut terkerek dari 1,6 persen menjadi 1,8 persen. Kenaikan terutama disumbang oleh bisnis pembiayaan kendaraan bermotor roda empat jenis komersial (produktif) ketimbang mobil penumpang.

"NPL naik karena kegiatan usaha nasabah terpengaruh ekonomi," kata Willy S Dharma, Direktur Utama Adira Finance, belum lama ini. (bir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER