Jakarta, CNN Indonesia -- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA berencana mengubah jumlah penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau
rights issue setelah melihat kondisi dan tren pasar modal.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya, Suradi mengatakan, jumlah lembar saham yang diterbitkan masih belum ditentukan karena akan melihat rata-rata harga saham 30 hari terakhir sebelum rights issue diterbitkan. Suradi menyatakan, Wijaya Karya akan menerbitkan
rights issue sekitar Oktober atau awal November.
"Total jumlah saham nanti kami lihat harga rata-rata 30 hari terakhir, tetapi lihat trennya sekarang mungkin kami akan lepas 2,5 miliar - 3 miliar lembar saham," ujar Suradi kepada
CNNIndonesia.com, Senin (18/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui, dalam prospektus awal, perseroan berencana menerbitkan maksimal 4,03 miliar lembar saham. Suradi menambahkan, tak hanya jumlah saham yang akan dilepas, untuk harga saham, perusahaan juga akan menunggu hingga 30 hari terakhir sebelum rights issue diterbitkan.
Nantinya, Wijaya Karya akan meminta persetujuan pemegang saham terkait rencana
rights issue ini pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang akan dilaksanakan pada 22 Agustus mendatang.
Seperti diketahui,
rights issue dilakukan karena perusahaan yang 65 persen sahamnya dimiliki pemerintah ini akan mendapatkan penanaman modal negara (PMN) senilai Rp4 triliun. Adapun, Wijaya Karya juga mengincar dana Rp2,1 triliun dari 35 persen saham publik. Sehingga jika rights issue terwujud, maka perusahaan bisa mendapatkan modal baru sebanyak Rp6,1 triliun.
"Kan pemerintah 65 persen sahamnya, memberikan PMN lewat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui rights issu itu Rp4 triliun. Nah 35 persen saham yang dimiliki publik diharapkan dapat Rp2,1 triliun. Sehingga total dari saham pemerintah dan publik Rp6,1 triliun," paparnya.
Dana tersebut akan diperuntukkan untuk pengembangan tiga ruas pembangunan jalan tol, yaitu Soreang-Pasir Koja, Manado-Bitung, Balikpapan-Samarinda. Selain itu, Wijaya Karya juga berencana mengikuti tender pembangunan pembangkit listrik jika raihan dana
rights issue sesuai ekspektasi.
"Proyek lainnya kami akan investasi juga di pengelolaan kawasan di daerah Kuala Tanjung, lalu untuk pengembangan sistem penyediaan air minum di Jakarta. Sisanya, sebagian dana akan kami gunakan untuk
refinancing utang-utang kami agar bisa lebih efisiensi, jadi ekspansi bisa lebih leluasa," paparnya.
Sebagai informasi, perusahaan telah menyerap dana belanja modal (
capital expenditure/capex) pada semester I 2016 ini sebesar Rp500 miliar dari total
capex dari total keseluruhan
capex sebesar Rp6 triliun. Namun, total
capex tersebut sebelum adanya kepastian BUMN memberikan PMN kepada perusahaan.
"Dengan PMN dan
rights issue otomatis dana untuk modal kan bertambah. Tapi penyerapan
capex masih kecil sekali di semester I ini, hanya untuk meninjeksi anak perusahaan, " terang Suardi.
Selain digunakan untuk memberikan suntikan modal kepada anak usaha. Perusahaan juga menggunakan
capex untuk mendirikan beberapa
associate dalam bidang jalan tol, pelabuhan, dan pembangkit listrik.
(gir)