Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi ambil untung (
profit taking) yang diprediksi masih dilakukan pelaku pasar dinilai akan membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi pada akhir pekan ini.
Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto menyatakan, saham Wall Street AS tadi malam terkena koreksi secara teknikal setelah menguat dalam sembilan hari perdagangan berturut-turut.
Ia merinci, indeks Dow Jones dan S&P masing-masing terkoreksi 0,42 persen dan 0,36 persen ditutup ke level 18.517,23 dan 2.165,17. Koreksi ini terjadi setelah data rilis laba kuartal II 2016 sejumlah emiten yang dibawah perkiraan dan harga minyak mentah turun 2 persen di US$44,54 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasar saat ini tengah konsolidasi mengantisipasi hasil pertemuan The Fed pekan depan. Tadi malam ECB [bank sentral Eropa] kembali menahan tingkat bunganya di 0 persen dan bunga
deposit facility minus 0,4 persen," terang David dalam risetnya, Jumat (22/7).
Keputusan ECB tersebut, lanjut David, berada di luar ekspektasi pelaku pasar sebelumnya yang mengharapkan adanya tambahan kebijakan stimulus.
Sementara, IHSG kemarin mengalami koreksi setelah menguat selama tiga hari berturut-turut dalam minggu ini. IHSG turun 25,85 poin (0,49 persen) ke level 5.216 setelah bergerak di antara 5.213-5.268.
"Penguatan IHSG kemarin tertahan akibat aksi ambil untung menjelang penutupan pasar. Saham perbankan umumnya terkoreksi dipicu aksi ambil untung setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan BI Rate di 6,5 persen," papar David.
Pasalnya, banyak pihak yang memperkirakan BI rate akan turun 25 basis poin menjadi 6,25 persen. Hal ini mengindikasikan kehati-hatian bank sentral dalam merespon perkembangan ekonomi global dan dampaknya terhadap perekonomin domestik.
David memprediksi IHSG cenderung terkoreksi pada perdagangan hari ini dalam rentang support 5.180 dan resisten 5.260.
"Sentimen pasar diperkirakan masih dibayangi aksi ambil untung lanjutan menyusul antisipasi pemodal atas rilis laba kuartal II 2016 sejumlah emiten sektoral dan koreksi di sejumlah harga komoditas," katanya.
Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya memprediksi IHSG berada dalam rentang suppot 5.174 dan resisten 5.288. Menurutnya, IHSG harus menembus level resisten 5.288 untuk mengkonfirmasi pola lanjutan IHSG.
"Diingatkan bahwa di sela-sela perjalanan pola kenaikan pada umumnya, akan terselip fase koreksi sehat yang dapat dimanfaatkan investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target jangka menengah panjang," terang William dalam risetnya.
(gir)