SKK Migas: Serapan LNG Domestik Lebih Rendah Ketimbang Ekspor

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 22 Jul 2016 16:08 WIB
Penyaluran gas alam cair (LNG) untuk pasar domestik hanya 403,79 BBTUD atau 10,05 persen dari total penjualan gas alam nasional.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi (tengah) mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/2). (Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat alokasi gas alam untuk dalam negeri pada semester I 2016 sebesar 4.016 miliar British Termal Unit per hari (BBTUD) atau meningkat 3,45 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu 3.882 BBTUD.

Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi menjelaskan, angka tersebut mengambil porsi 57,7 persen dari seluruh penjualan gas alam nasional sebesar 6.813 BBTUD. Melihat angka ini, Amien memperkirakan penjualan gas bagi pasar domestik di masa depan akan melonjak seiring permintaannya juga meningkat.

"Untuk domestik trennya naik, gas untuk ekspor trennya turun. Arah ke depan juga akan sama, gas untuk ekspor memang akan turun," ujar Amien, Jakarta (22/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, pemanfaatan gas alam di dalam negeri didominasi oleh sektor industri dengan besaran 1.510 BBTUD atau 37,59 persen dari total penyaluran gas alam domestik, menyusul kemudian sektor ketenagalistrikan yang menyerap sebesar 1.024,60 BBTUD.

Namun, Amien menyayangkan minimnya penyaluran gas alam cair (Liquiefied Natural Gas/LNG) untuk pasar domestik, yang jumlahnya hanya 403,79 BBTUD atau 10,05 persen dari total penjualan gas di dalam negeri.

Padahal, menurutnya, saat ini Indonesia tengah membutuhkan lebih banyak LNG untuk keperluan beberapa sektor usaha. Hanya saja, infrastruktur di Indonesia dianggapnya masih belum siap untuk menyalurkan LNG.

"Seperti contohnya, LNG yang ada di Tangguh yang dioperatori British Petroleum. Itu tidak bisa dikirim ke Jayapura karena infrastrukturnya belum memadai, apalagi Merauke. Memang sudah ada tandatangan Menteri ESDM terkait alokasi LNG ke Papua, tapi nyatanya tidak bisa karena sarananya," ujar Amien.

Maka dari itu, Amien mengatakan, Indonesia mau tak mau harus mengalokasikan sebagian besar LNG bagi pasar ekspor. Dari data yang dimilikinya, ekspor LNG pada semester I 2016 mencapai 1.989 BBTUD atau 83,12 persen dari total produksi LNG dalam negeri sebesar 2.392,79 BBTUD.

"Tapi seiring waktu, kami harap alokasi LNG bagi pasar ekspor bisa dialihkan untuk domestik," tutur Amien.

Sebelumnya, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat SKK Migas, Taslim Yunus mengatakan, penyerapan LNG dalam negeri terbilang susah karena harganya pasca regasifikasi terbilang lebih mahal. Ia mencontohkan harga regasifikasi di Terminal Arun-Belawan yang disebutnya sebagai harga gas paling mahal di dunia.

"LNG adalah barang mewah untuk listrik, sehingga tidak efisien secara ekonomi. Jadi sebaiknya LNG dialokasikan bagi sektor industri yang multiplier effect-nya lebih besar, namun sayang industri di Sumatera sana belum banyak yang siap sehingga tidak terserap optimal," terangnya, Selasa (20/7). (ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER