Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN mencatatkan permintaan kredit cukup tinggi selama paruh pertama tahun ini, khususnya di sektor perumahan.
Tercatat, BTN telah menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR) mencapai Rp135,74 triliun pada semester I tahun ini. Naik 20,23 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Posisi penyaluran kredit yang tinggi tersebut membuat posisi rasio antara volume kredit yang disalurkan dengan pendanaan (Loan to Deposit Ratio/LDR) BTN mencapai 110 persen, jauh di atas patokan Bank Indonesia (BI) yang maksimal sebesar 92 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penyaluran kredit yang tinggi bukan berarti kami kesulitan likuiditas. Karena hampir komposisinya kita masih punya dana-dana menengah jangka panjang yang belum kita masukan ke komponen LDR," ujar Direktur Utama BTN Maryono, dalam konferensi pers di kantornya, Senin (25/7).
Direktur Keuangan dan Treasury BTN Iman Noegroho Soeko menambahkan, kondisi likuiditas BTN tidak hanya tercermin dari rasio LDR, namun juga harus ditengok dari sisi Loan to Funding Ratio (LFR) atau rasio di mana unsur instrumen keuangan jangka panjang juga dimasukan dalam komponen pendanaan.
Tak hanya itu, cerminan likuiditas BTN yang sehat menurutnya juga harus dilihat dari rasio kecukupan likuiditas (Liquidity Coverage Ratio/LCR) yang merupakan aturan dari ketentuan Basel III yang ditetapkan harus mencapai 100 persen hingga 2019 mendatang.
"Kita punya LCR saat ini sudah mencapai 143 persen jadi dengan angka-angka itu kondisi likuiditas BTN amat sangat aman,"
Hingga Juni, likuiditas BTN masih ditopang oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang bertumbuh 17,29 persen menjadi Rp134,5 triliun dari semester I tahun lalu. BTN menargetkan pertumbuhan DPK sebesar 20 persen hingga akhir tahun, yang didorong terutama oleh dana murah berupa giro dan tabungan (CASA).
"Kami harapkan ada pertumbuhan khususnya dari Giro yang berasal dari dana program FLPP," kata Iman.
BTN juga berharap berkah dari aliran dana repatriasi dari kebijakan pengampunan pajak. Perseroan membidik penerimaan dana repatriasi sebesar Rp50 triliun selama masa pengampunan berlaku.
"Dengan repatriasi, kami bisa menurunkan LDR di bawah 100 persen. Alat utama menangkap dana repatriasi adalah melalui deposito," kata Iman.
(gir)