Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan pelemahan kinerja pada paruh pertama tahun ini. Bank pelat merah tersebut membukukan penurunan laba bersih sebesar 28,7 persen menjadi Rp7,1 triliun di semester I 2016.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rohan Hafas mengatakan, perseroan tengah fokus dalam mengelola berbagai risiko bisnis untuk menjaga kinerja perseroan secara berkelanjutan. Pasalnya, saat ini perbankan nasional masih terkena dampak perlambatan ekonomi.
“Turunnya laba operasonal tersebut terutama disebabkan meningkatnya biaya pencadangan (
provision) dari Rp4,0 triliun di triwulan II 2015 menjadi Rp9,9 triliun di triwulan II 2016, sebagai langkah perseroan untuk antisipasi risiko peningkatan kredit bermasalah,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (26/7)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, lanjutnya, apabila tidak memperhitungkan biaya pencadangan, maka Pre-Provision Operating Profit (PPOP) mencapai Rp19,3 triliun atau secara tahunan tumbuh 13,3 persen, yang menunjukkan operasional Perseroan yang masih cukup solid. Selain itu, pada periode yang sama, Perseroan juga telah berhasil menurunkan beban bunga sebesar 9,3 persen secara tahunan, seiring meningkatnya komposisi dana murah Perseroan.
“Kami tetap bersyukur atas pencapaian ini ditengah tantangan perlambatan kondisi ekonomi domestik dan internasional serta insiatif perseroan yang mulai melakukan penurunan suku bunga menuju single digit secara bertahap, ” kata Rohan.
Selain itu, ia menyatakan Bank Mandiri juga melakukan langkah-langkah antisipasi untuk memastikan agar kedepannya perseroan tetap tumbuh sehat dan berkelanjutan, dan dapat mengelola kredit bermasalah sebaik mungkin. Diantaranya melalui penguatan fungsi risk, penajaman Risk Acceptance Criteria (RAC), dan optimalisasi restrukturisasi dan recovery untuk penyelesaian kredit bermasalah dengan lebih fokus, cepat dan tuntas.
Penyaluran KreditRohan menambahkan, Bank Mandiri mampu mencatatkan kredit ke segmen mikro, yang secara tahunan tumbuh tertinggi di antara segmen lainnya, mencapai 15,9 persen, dari Rp39,7 triliun di triwulan II 2015 menjadi Rp46 triliun pada Juni 2016.
“Sementara itu, dapat kami sampaikan bahwa selama satu tahun terakhir Bank Mandiri telah menyalurkan tambahan kredit secara
gross (
bank only) sebesar Rp96,0 triliun. Jumlah tersebut bersumber dari pencairan kredit sebesar Rp231,9 triliun dikurangi angsuran sebesar Rp135,9 triliun,” katanya.
Dari total kredit yang disalurkan Bank Mandiri sebesar Rp547,0 triliun (
bank only), sebesar 86,1 persen diantaranya merupakan kredit produktif, termasuk pembiayaan ke sektor infrastruktur serta usaha mikro kecil dan menengah.
Seiring realisasi proyek-proyek infrastruktur oleh pemerintah, hingga Juni 2016, Bank Mandiri telah berkomitmen untuk menyalurkan kredit ke sektor infrastruktur dengan limit pembiayaan mencapai Rp89,9 triliun.
“Meskipun kondisi perekonomian nasional maupun regional masih belum kondusif, jumlah ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat sekitar Rp75 triliun,” kata Rohan.
(gir)