Sampoerna Terapkan IPS Pangkas Rantai Perdagangan Tembakau

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Senin, 01 Agu 2016 04:40 WIB
PS membuat petani tembakau menjual hasil panennya kepada Sampoerna berdasarkan kesepakatan program kemitraan yang lebih menguntungkan daripada tengkulal
Produk rokok Sampoerna A Mild. Rokok menjadi produk turunan satu-satunya dari tembakau (CNN Indonesia/Gentur Putro Jati)
Jember, CNN Indonesia -- PT HM Sampoerna Tbk berupaya memotong mata rantai perdagangan tembakau melalui penerapan program kemitraan Sistem Produksi Intergrasi (Integrated Production System/IPS).

Elvira Lianita, Head of Regulatory Affairs, International Trade, and Communications Sampoerna mengungkapkan, IPS membuat petani tembakau dapat menjual hasil panennya kepada Sampoerna berdasarkan kesepakatan program kemitraan yang lebih menguntungkan.

"Sebelumnya, petani jual ke tengkulak dan itu ada beberapa tingkat sehingga keuntungan petani kian tergerus karena permainan harga dari tengkulak," ungkap Elvira saat kunjungan ke lahan tembakau di Desa Sukowono, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu (30/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, menurut Elvira, saat petani memutuskan bermitra, petani tak perlu lagi ke tengkulak dan mendapatkan harga yang merugikan. Karena dengan kemitraan, Sampoerna dan petani akan menyepakati harga yang lebih menguntungkan petani.

"Dengan IPS, Sampoerna mendapat jaminan pasokan tembakau dari petani. Sementara petani mendapat jaminan tenbakau yang ditanam akan diserap dan dibayarkan oleh Sampoerna," kata Elvira.

Bakti Kurniawan, Tim Agronomis Sampoerna mengatakan selain menjamin pembelian tembakau, kemitraan IPS juga menawarkan harga beli yang dapat didiskusikan berdasarkan tingkatan mutu tembakau.

"Rentang harga yang kami tawarkan sesuai dengan tingkatan mutu tembakau, itu ada sekitar 50 tingkatan tapi kami juga mempertimbangkan modal yang dikeluarkan petani," kata Bakti pada kesempatan yang sama.

Muhammad Dahlal (47), salah satu petani di Desa Sukowono menyebutkan harga yang ditawarkan kemitraan IPS berkisar Rp10 ribu sampai Rp35 ribu per kilo gram (kg), namun seluruh hasil tembakau pasti dibeli kemitraan. Sedangkan harga yang ditawarkan tengkulak Rp10 ribu sampai Rp40 ribu per kg.

"Tapi jarang sekali kita dapat Rp40 ribu per kg itu. Belum lagi kalau kualitas tembakau sedang rendah membuat tembakau kita tidak laku sama sekali. Kadang setahun untung, dua tahun berikutnya merugi," ungkap Dahlal.

Dahlal mencontohkan, tahun lalu, saat Gunung Raung mengeluarkan abu vulkanik, seluruh tanaman tembakau milik Dahlal tertutup abu yang membuat mutu tembakau menurun. Pasalnya, abu masuk hingga ke pori-pori tembakau.

Namun, sesuai kesepakatan kemitraan, Sampoerna tetap membeli seluruh hasil tanam tembakau Dahlal dengan harga yang pantas. Dahlal juga menyebutkan, kemitraan membuat penghasilannya lebih menentu.

"Saya bisa keluarkan modal Rp30 juta sampai Rp35 juta untuk mulai pembibitan sampai panen tiba. Dari sini keuntungan saat dijual ke kemitraan IPS bisa sampai Rp52 juta. Sedangkan dulu, saat ke tengkulak, hanya balik modal dan untung sangat sedikit," tutur Dahlal.

Adapun sejak kemitraan IPS tahun 2009, pembelian daun tembakau Sampoerna dari petani mitra di seluruh Indonesia meningkat dari 12 persen di tahun 2011 menjadi sekitar 70 persen di tahun 2015. Tercatat, hingga tahun 2015, Sampoerna memiliki 27 ribu petani mitra dari total 550 petani tembakau yang ada di seluruh Indonesia. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER