Bursa AS Menanjak, Indeks Nasdaq Cetak Rekor

CNN Indonesia
Rabu, 10 Agu 2016 07:48 WIB
Indeks Nasdaq Composite meningkat 0,24 persen ke level 5.225,48, sedangkan indeks Dow Jones naik tipis 0,02 persen ke angka 18.533,05.
Indeks Nasdaq Composite meningkat 0,24 persen ke level 5.225,48, sedangkan indeks Dow Jones naik tipis 0,02 persen ke angka 18.533,05. (REUTERS/Brendan McDermid)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Nasdaq naik ke rekor penutupan tertinggi pada perdagangan Selasa (10/8), sedangkan indeks utama lainnya melayang di dekat level tertinggi sepanjang masa dalam sesi dagang dengan volume yang tipis.

Seperti dilansir dari Reuters, penguatan beruntun sejak akhir Juni telah membuat indeks S&P 500 naik hampir 7 persen pada tahun 2016, dengan banyak investor menimbang valuasi yang mulai terlampau mahal di antara harapan untuk terus rendahnya suku bunga AS.

"Kami mungkin akan mengkonsolidasikan dan kemudian melaju lebih tinggi. Kemungkinan resesi AS yang rendah. Kemungkinan resesi global yang rendah. Bank-bank sentral bekerja sama," kata John Canally, ahli strategi ekonomi utama LPL Financial.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sektor farmasi dalam indeks S&P 500 naik 0,24 persen, dibantu oleh lonjakan 21,8 persen dalam saham Endo Internasional setelah laba kuartalan mengalahkan perkiraan perusahaan.

Sementara, indeks volatilitas CBOE, yang dikenal sebagai 'pengukur ketakutan' Wall Street, sempat jatuh ke level terendah dalam satu tahun di angka 11,02.

Indeks Nasdaq Composite meningkat 0,24 persen menjadi berakhir pada 5.225,48 poin, melebihi satu set rekor tinggi pada hari Jumat.

Adapun indeks Dow Jones Industrial Average naik tipis 0,02 persen menjadi berakhir di level 18.533,05 poin dan S&P 500 naik tipis 0,04 persen menjadi 2.181,74.

Volume perdagangan rendah. Sekitar 5,99 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, dibandingkan dengan 6,48 miliar saham dalam rata-rata harian selama 20 sesi terakhir.

Enam dari 10 besar sektor dalam indeks S&P 500 indeks naik, dipimpin oleh kenaikan 0,24 persen di sektor konsumen.

Investor sebagian besar mengabaikan laporan bahwa produktivitas AS secara tak terduga jatuh pada kuartal kedua, yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mempertahankan perekrutan yang kuat baru-baru ini.

Canally mengatakan bahwa risiko berat terhadap keuntungan saham yang besar termasuk volatilitasnya disebabkan oleh kampanye kandidat menjelang pemilihan presiden AS pada November dan potensi perubahan tentang waktu kenaikan suku bunga di masa depan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER