Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Permata Tbk mengalihkan fokus orientasi bisnisnya dari mengejar profitabilitas menjadi lebih konservatif selama semester II ini.
Hal itu dilakukan karena perlambatan ekonomi sepanjang paruh awal tahun ini telah menyeret turun kinerja anak usaha Group Astra hingga harus membukukan kerugian secara konsolidasi mencapai Rp840 miliar.
Head of Corporate Planning Bank Permata Harry Iman Subekti mengatakan saat ini Bank Permata akan fokus menjaga rasio kredit beremasalah (Non Performing Loan/NPL) agar tidak terus merangkak naik. Kedepannya, ia memproyeksi potensi kenaikan NPL masih akan terjadi seiring dengan tantangan ekonomi global maupun domestik yang terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau sekarang kami melihat NPL masih ada tren kenaikan di kuartal III, yang penting kami sudah siapkan skenario untuk mitigasi. Kita fokuskn jaga NPL dan tidak terlalu kejar laba," ujar Harry kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (12/8).
Kejatuhan harga komoditas dan perlambatan industri manufaktur menjadi penyebab meningkatnya jumlah kredit bermasalah para nasabah Bank Permata.
Tercatat selama semester I, NPL Bank Permata naik menjadi 4,6 persen (gross) dan 2,7 persen (net). Kenaikan NPL terutama didorong oleh penurunan kualitas kredit di rekening pinjaman komersial di hampir seluruh sektor industri.
Untuk menekan NPL, Bank Permata akan berupaya mengurangi risiko dalam Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Agar modal perseroan tidak semakin tergerus akibat beban kredit macet.
"Kita upayakan restrukturisasi kredit, di sisi lain kita juga bisa menurunkan rasio NPL dengan meningkatkan volume penyaluran kredit. Dua-duanya bisa kita lakukan di semester II," ujar Harry.
Dari segi penyaluran kredit, bank yang saham mayoritas dimiliki Astra dan Standard Chartered ini mengalami penurunan 10,71 persen secara tahunan (year on year) menjadi Rp115,07 triliun. Untuk menggenjot penyaluran kredit, Bank Permata akan mengoptimalkan sinergi antar anak usaha Astra Group. Selama ini sinergi antar Astra Group mampu berkontribusi 10-13 persen bagi total penerimaan yang diterima oleh Bank Permata.
"Kami kejar
value chain dengan semua Group Astra dan semua yang mendukung bisnis, mulai sari bisnis di hulu maupun hilirnya seperti
dealer sampai
payroll-nya," ujarnya.
Namun, penyaluran kredit kepada sesama anak usah Astra juga harus dibatasi oleh aturan Legal Lending Limit yang menyebutkan penyaluran pinjaman tidak boleh lebih dari 10 persen atas modal.
"Namun itu tidak menghalangi kami untuk bersinergi," ujarnya.
Kendati di saat kinerja secara umum tidak terlalu bagus, Bank Permata berhasil mencatatkan kenaikan rasio permodalan atau CAR sebesar 460 basis poin menjadi 18,6 persen. Kenaikan rasio permodalan ini ditopang oleh
right issue Rp5,5 triliun yang dilakukan pada akhir Juni 2016. Per akhir Juni, Permata Bank juga berhasil menjaga Loan to Deposit Ratio (LDR) secara konservatif di angka 86 persen.
(gir)