Jakarta, CNN Indonesia -- Perayaan Idul Fitri Juli lalu sedikit banyak mendongkrak bisnis pembiayaan industri multifinance di semester I 2016. Tengok saja, setelah sempat mencatatkan penurunan total pembiayaan pada Mei 2016 (year on year), pembiayaan yang disalurkan industri multifinance pada Juni 2016 ini mampu tumbuh tipis kurang dari satu persen.
Dari empat segmen bisnis yang dilakoni multifinance, cuma segmen sewa guna usaha yang masih lesu dengan penurunan 9,67 persen atau menjadi hanya Rp100,16 triliun per Juni 2016. Sementara, tiga segmen lainnya mampu membukukan pertumbuhan, di antaranya pembiayaan konsumen meningkat 4,7 persen menjadi Rp261,18 triliun.
"Memang, trennya dari tahun ke tahun Lebaran mendongkrak pertumbuhan pembiayaan hingga 5 persen kalau dibandingkan dengan bulan-bulan biasanya," ujar Suwandi Wiratno Siahaan, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) kepada CNNIndonesia.com, Senin (15/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena total pembiayaan mencatatkan pertumbuhan, katanya, rasio pembiayaan (nonperfoprming finance/NPF) industri multifinance yang sempat menyentuh posisi 2,23 persen pun kembali mengendur ke level 2 persen. "Sesuai perkiraan, jika pembiayaan tumbuh positif, nonperforming finance/NPF juga akan menyusut."
Kinerja industri multifinance yang membaik ini juga ikut mengurangi tekanan laba yang dikantongi pelaku usaha. Buktinya, apabila laba Mei 2016 negatif 7,70 persen, maka perolehan labanya pada Juni 2016 cuma melorot 3,78 persen, yaitu dari Rp5,66 triliun pada Juni 2015 lalu menjadi Rp5,44 triliun.
Penurunan laba dikarenakan pertumbuhan jumlah pendapatan dengan jumlah bebannya nyaris sama. Pendapatan industri multifinance mencapai Rp44,22 triliun atau naik 5,3 persen. Sementara, bebannya sebesar Rp36,47 triliun atau meningkat 5,1 persen. Ditambah lagi, beban pajaknya terkerek 38,4 persen.
Suwandi meramalkan, perolehan laba multifinance masih akan tertekan hingga sepanjang tahun ini, sejalan dengan lesunya aktivitas pembiayaan, terutama pembiayaan konsumen. Harap maklum, di antara empat segmen bisnis multifinance, pembiayaan konsumen mendominasi portofolio industri. Pembiayaan konsumen antara lain 95 persen mengalir ke kendaraan bermotor.
Setali tiga uang, pembiayaan baru yang disalurkan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) juga tidak banyak bergerak dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada semester I 2016, pembiayaan baru perseroan mencapai Rp14,9 triliun, sementara pada semester I 2015 lalu, pembiayaan barunya Rp15 triliun.
Secara keseluruhan, outstanding pembiayaan anak usaha PT Bank Danamon Indonesia Tbk tersebut merosot 7 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu. "Pembiayaan kami masih turun. Tetapi, membaik dibanding penurunan tahun-tahun sebelumnya," terang Willy S Dharma, Direktur Utama Adira Finance.
Maklumlah, pembiayaan roda empat yang disalurkan Adira Finance banyak mengalir ke kendaraan niaga atau komersial. Dari porsi pembiayaan roda empat sebanyak 42 persen terhadap total pembiayaan perseroan, di antaranya 70 persen mengalir ke mobil niaga.
"Secara keseluruhan, pembiayaan mobil kami turun 3 persen. Padahal, industri mobil niaga sendiri turunnya sampai 25 persen di semester I 2016," imbuh I Dewa Made Susila, Direktur Adira Finance.
Adapun, sekitar 56 persen dari total pembiayaan Adira Finance didominasi oleh pembiayaan sepeda motor, dan sisanya dua persen merupakan pembiayaan durable goods, seperti elektronik dan peralatan rumahtangga.
(bir/gen)