Jakarta, CNN Indonesia -- Anda mungkin tak asing dengan nama Samsung, Hyundai, LG dan Lotte. Ya, nama-nama tersebut adalah gurita bisnis asal Korea Selatan, yang lebih spesifik lagi, dikendalikan oleh para 'chaebol', istilah keluarga kaya.
Chaebol mulai menggeliat usai berakhirnya kolonialisasi Jepang di Negeri Ginseng. Selama menduduki Korea Selatan, pemerintah Jepang sempat membangun berbagai industri. Setelah penjajahan berakhir pada 1945, berbagai aset industri itu ditinggalkan begitu saja.
Beberapa pengusaha Korea Selatan lantas memperoleh aset dari perusahaan Jepang yang hengkang. Hal tersebut kemudian didukung dalam era kepemimpinan Presiden Park Chung Hee pada 1960-an. Ia dikenal lebih memperhatikan perekonomian dan mulai mendiktekan visi yang kuat agar perusahaan fokus pada pertumbuhan pasar .
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebijakan Park Chung Hee saat itu bisa dibilang sangat pro pengusaha. Pembebasan pajak dan pinjaman berbunga rendah menguntungkan pengusaha dan di sisi lain mendongkrak ekspor negara.
Selain itu, terdapat pola bisnis yang agresif. Jika para chaebol membutuhkan sumber daya tambahan atau pasokan untuk memproduksi produk-produk tertentu, maka mereka bukan mencari pemasok, tetapi menciptakan perusahaannya sendiri. Hal itu membuat para chaebol semakin menggurita dalam menjalankan usaha.
Gurita para chaebol ini menopang pertumbuhan ekonomi negara melalui kinerja ekspor yang masif. Bahkan, para chaebol disebut menjadi salah satu faktor utama berbalik surplusnya neraca dagang Korea Selatan pada 1986.
SamsungPerusahaan ini didirikan oleh Lee Byung-chul pada 1938 dengan bisnis awal di bidang perdagangan. Keluarga Lee merupakan salah satu tuan tanah besar di Korea Selatan. Pada awalnya Lee membuka usaha dagang dengan 40 karyawan untuk memproduksi mie dan memasok toko grosir lokal.
Setelah perang Korea usai, Lee memulai usaha produksi gula. Dalam tiga dekade awal, grup usaha ini mengembangkan sayap ke lini bisnis pemrosesan makanan, tekstil, asuransi, perusahaan efek, dan ritel.
Samsung baru memasuki arena industri elektronik pada akhir 1960 dan kemudian menceburkan diri ke usaha konstruksi serta perkapalan pada pertengahan 1970. Usai kematian Lee, Samsung dipecah menjadi empat grup, yaitu Grup Shinsegae, Grup CJ, dan Grup Hansol.
Sejak 1990-an, Samsung secara signifikan dan masif mengepakkan sayap bisnis elektronik mulai dari peralatan rumah tangga hingga telepon genggam. Saat ini, Samsung merupakan salah satu raksasa produsen telepon genggam di dunia, selain Apple.
Persaingan antara Samsung dan Apple pun sempat menyita perhatian dunia ketika perusahaan asal Negeri Ginseng tersebut dijatuhi hukuman denda senilai US$1,05 miliar pada 2012 karena dinilai melanggar paten Apple.
HyundaiBisnis Hyundai dimulai ketika Chung Ju-yung membuka toko beras pada 1937. Saat itu usianya masih 22 tahun. Ia kemudian mendirikan perusahaan konstruksi pada 1947. Usaha konstruksi perusahaan melebar hingga mancanegara mulai 1965. Saat itu Hyundai masuk ke pasar Guam, Thailand dan Vietnam.
Pada 1967, Hyundai Motors didirikan. Pendirian usaha otomotif ini berawal dari toko onderdil dan reparasi mobil pada 1940.
Hyundai kemudian merambah industri galangan kapal pada 1972 dengan nama Hyundai Heavy Industries. Saat itu Hyundai mendapat pesanan dua kapal tanker bermuatan 260 ribu ton. Usaha tersebut kemudian melebar ke lini logistik, dimana grup tersebut mendirikan Hyundai Merchant Marine Co. pada 1976.
Chung Ju-yung menahkodai Grup Hyundai hingga meninggal pada 2001. Selama masa kepemimpinannya gurita bisnis Hyundai kian meluas di mancanegara. Hyundai juga semakin dekinal sebagai salah satu produsen otomotif terbesar di Korea Selatan.
LGNama LG berasal dari nama Lucky Goldstar yang dalam bahasa Korea Selatan disebut Leokki Geumseong, Seorang perintis usaha Korea Selatan bernama Koo In-Hwoi awalnya mendirikan Lucky Chemical Industrial Co (sekarang bernama LG Chemical) pada tahun 1947.
Perusahaan kemudian mulai memproduksi plastik, menjadi salah satu cikal bakal adanya plastik di Negeri Ginseng. Jejaring bisnis LG bertambah setelah berdirinya Honam Oil Refining Co (LG Caltex Oil), sebuah perusahaan penyulingan minyak pertama di Korea pada tahun 1967.
Dengan menceburkan diri ke sektor bisnis bahan dasar, LG membuka jalan menuju industri kimia dan logam berat. LG baru berkecimpung di usaha produk elektronik pada tahun 1985 melalui pendirian LG Electronics, Inc.
Saat ini, Grup LG mempekerjakan 220 ribu karyawan, di mana sekitar 85 ribu di antaranya bekerja di LG Electronics. Sepanjang 2015, LG Electronics mencatatkan pendapatan senilai US$12,57 triliun, naik 3,8 persen dari 2014.
LotteNama Lotte berasal dari panggilan tokoh Charlotte dalam novel "The Sorrows of Young Werther" yang ditulis oleh sastrawan besar Jerman bernama Johann Wolfgang Von Goethe.
Seorang pengusaha Jepang keturunan Korea, yang dikenal sebagai Shin Kyuk-Ho dalam bahasa Korea atau Takeo Shigemitsu dalam bahasa Jepang, mendirikan Lotte pertama kali pada bulan Juni 1948 di Tokyo.
Lotte Co., Ltd. awalnya dikenal sebagai produsen permen karet terkenal asal Jepang. Lotte kemudian dikenal sebagai perusahaan multinasional makanan dan ritel yang aktif di Jepang dan Korea Selatan.
Dari Tokyo, Lotte memperluas kekuasaan bisnisnya ke Korea Selatan dengan pembentukan Lotte Confectionary Co, Ltd di Seoul pada April 1967. Saat ini, gurita bisnis Grup Lotte semakin luas dengan menempel di berbagai lini usaha, antara lain makanan, ritel, hiburan, jasa keuangan, properti, perhotelan, kimia, hingga persewaan mobil.