Jakarta, CNN Indonesia -- Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian keuangan sejak awal tahun hingga 24 Agustus 2016 telah melelang surat utang sebesar Rp533,83 triliun. Realisasi tersebut sudah 87,3 persen dari target bruto penerbitan obligasi negara tahun ini yang sebesar Rp611,4 triliun
Dalam laporan dwi mingguannya, DJPPR merinci varian obligasi negara yang telah diterbitkan pemerintah sepanjang tahun ini.
Untuk obligasi berdenominasi rupiah, total surat utang yang telah dilelang pemerintah hingga 24 Agustus 2016 mencapai Rp391,4 triliun atau sekitar 73 persen dari total penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) bruto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SBN yang diterbitkan di pasar lokal tersebut terbagi atas dua jenis, yakni surat utang konvensional sebesar Rp267,35 triliun dan selebihnya obligasi syariah atau sukuk negara sebesar Rp124 triliun.
Sementara yang dalam mata uang asing, total obligasi negara yang telah diterbitkan pemerintah dalam kurun waktu yang sama mencapai Rp142,4 triliun.
Ada lima jenis surat utang negara dalam kategori ini, yakni pertama obligasi berdenominasi dolar AS (global bond), yang diterbitkan di bursa New York, AS pada awal Januari 2015 sebesar US$4 miliar atau setara dengan Rp48,64 triliun.
Berikutnya adalah sukuk global, yang terbit pada 22 Mei 2016, dengan total lelang mencapai US$2 miliar atau setara dengan Rp33,4 triliun.
Menyusul kemudian obligasi Euro (Euro bond), yang diterbitkan pemerintah pada awal Juni 2016 sebesar 3 miliar Euro atau sekitar Rp44,97 triliun.
Obligasi valas keempat yang diterbitkan adalah surat utang dalam mata uang yen atau samurai bond, yang dilelang pada pertengahan Juni 2016. Saat itu, pemerintah menarik pembiayaan sebesar 100 miliar yen atau ekuivalen dengan Rp12,76 triliun dari pasar Jepang.
Selang beberapa hari, tepatnya 24 Juni 2016, terbit obligasi negara berdenominasi dolar di pasar domestik sebesar US$200 juta atau setara dengan Rp2,65 triliuun.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016, target pembiayaan pemerintah sebesar Rp296,7 triliun untuk menambal defisit fiskal 2,35 persen dari PDB.
Namun untuk itu, target bersih penerbitan obligasi negara ditetapkan lebih besar, yakni Rp364,9 triliun. Itu belum memperhitungkan kebutuhan untuk membayar surat utang yang jatuh tempo (
redemption) sebesar Rp215 triliun, penerbitan oiblihasi untuk menjaga manajemen kas (
cash management) pemerintah Rp27,87 triliun, pembelian kembali (
buyback) sebagian surat utang Rp3 triliun, dan konversi obligasi Rp573 miliar.
Dengan demikian, total target bruto penerbitan obligasi negara pada tahun ini mencapai Rp611,4 triliun atau dua kali lipat lebih besar dari target pembiayaan di APBNP 2016.
Imbal Hasil Imbal hasil (
yield) surat utang negara mengalami fluktuasi menyesuaikan dengan tenor dan tingkat permintaan dan penawaran di pasar sekunder.
Hingga 24 Agustus 2014, rata-rata yield untuk surat utang acuan (
benchmark) bertenor lima tahun sekitar 6,75 persen.
Sedangkan untuk tenor yang lebih tinggi,
yield-nya juga lebih besar. Untuk obligasi bertenor 10 tahun yield-nya rata-rata 7,08 persen, tenor 15 tahun sekitar 7,36 persen, dan yield obligasi bertenor 20 tahun sekitar 7,46 persen.
(ags)