Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno optimistis penggabungan PT Pertamina Gas (Pertagas) dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk akan menghasilkan harga gas yang lebih kompetitif.
"Untuk produk industri, baik di dalam negeri atau pun untuk ekspor, tentunya kita harus mempunyai harga gas secara kompetitif di dunia," kata Rini di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jumat (2/9).
Namun, rencanan pembentuk induk BUMN migas tersebut masih perlu dibahas lebih lanjut antar-kementerian, dengan melibatkan pemangku kepentingan terkait. Salah satu fokus kajiannya adalah menyoal biaya investasi dan ongkos pengolahan gas yang bisa dihemat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harus lihat
cost of investment apakah ini bisa diperpanjang depresiasinya sehingga
cost itu menjadi lebih rendah. Kita juga meminta pemerintah melihat
cost of wellhead-nya, yakni
cost pengolahan dari sumur," jelasnya.
Terkait biaya investasi, Rini menekankan, pembentukan holding BUMN Migas dapat menghindari investasi ganda sehingga produksi gas menjadi lebih efisien. Terutama menyangkut pembiayaan infrastruktur pengelolaan hingga pengiriman gas yang selama ini dilakukan sendiri-sendiri oleh Pertagas dan PGN.
"Kita ingin
cost infrastruktur untuk pengiriman gas menjadi terintegrasi sehingga tidak ada
double investment.
Cost itu biasanya depresiasi, kita lihat
Internal Rate of Return (IRR)-nya. Ini kita hitung lagi
cost pengirimannya, biaya distribusinya," ujarnya.
Pembahasan holding migas, lanjut Rini, sejauh ini masih merinci teknis pengolahan gas dari sumur.
Selain holding BUMN Migas, pemerintah juga tengah mengejar pembentukan induk perusahaan pertambangan, perumahan, jalan tol, jasa keuangan, dan pangan.
Menurut Rini, salah satu holding BUMN yang juga tengah difokuskan pembahasannya adalah yang bergerak di sektor pertanian. Untuk itu, PT Danareksa (Persero) dan PricewaterhouseCoopers (PwC) ditunjuk sebagai konsultan untuk mengkaji potensi bisnis dari induk BUMN pangan tersebut.
"Sedang di review, kita pakai konsultan untuk melihat program ini 10 tahun mendatang seperti apa, termasuk yang dibutuhkan holding pangan ini apa saja," tutupnya.
Rencananya, pemerintah akan menunjuk Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) sebagai induk perusahaan, membawahi PT Sang Hyang Seri, PT Pertani, PT Bhanda Ghra Reksa, dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia.
(ags/gen)