Lifting Tak Naik Meski Empat Lapangan Migas Bakal Berproduksi

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 05 Sep 2016 15:17 WIB
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi menyebut empat lapangan yang akan berproduksi tahun depan bisa menghasilkan minyak 6.180 bph dan gas 316 MMSCFD.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi menyebut empat lapangan yang akan berproduksi tahun depan bisa menghasilkan minyak 6.180 bph dan gas 316 MMSCFD. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma).
Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengatakan ada empat proyek migas yang diharapkan bisa mulai berproduksi pada 2017 mendatang.

Sayangnya, keempat proyek yang bisa menghasilkan 6.180 barel minyak per hari (bph) dan gas bervolume 316 MMSCFD tidak bisa menahan penurunan produksi secara alami, sehingga tidak menambah lifting.

Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi mengatakan, dua proyek diantaranya menghasilkan minyak dan gas, yaitu Madura BD yang dioperatori Husky Oil dengan minyak sebesar 5.980 bph dan gas sebesar 100 MMSCFD. Selain itu, ada juga proyek Jangkrik yang dikelola ENI dengan produksi minyak 200 bph dan gas 142 MMSCFD.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, dua proyek sisanya menghasilkan gas saja, yang terdiri dari Cikarang Tegal Pacing yang dikelola Pertamina EP dan Jangkrik NE yang dioperatori ENI. Masing-masing proyek bisa menghasilkan gas sebesar 14 MMSCFD dan 60 MMSCFD.

"Kami harapkan semua proyek ini bisa beroperasi tepat waktu dan bisa membantu produksi migas nasional pada tahun depan," jelas Amien di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (5/9).

Lebih lanjut ia menjelaskan, proyek Madura BD dan Cikarang Tegal Pacing bisa onstream di kuartal I 2017. Sementara itu, proyek Jangkrik dan Jangkrik NE bisa beroperasi di kuartal III tahun depan.

Berdasarkan Nota Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017, target lifting minyak tahun depan diproyeksi sebesar 780 bph, atau turun 40 bph dari angka tahun ini 820 ribu bph. Sedangkan lifting gas diprediksi tetap, sebesar 1.150 barel setara minyak per hari (BOEPD).

"Banyak yang mengurangi kegiatan pengeboran hingga pengerjaan kembali (workover) sumur migas karena harga minyak yang masih rendah. Selain itu memang hal ini disebabkan karena penurunan produksi secara alamiah karena lapangan-lapangan yang ada telah mature," tambahnya.

Selain itu, tambahan produksi dari lapangan minyak yang telah ada (existing) juga tak bisa meningkatkan lifting. Dari seluruh Wilayah Kerja (WK) minyak yang terbesar di Indonesia, peningkatan produksinya hanya sebesar 11.300 bph.

Beberapa proyek minyak yang mengalami peningkatan terbesar adalah blok East Kalimantan yang dikelola PT Chevron Indonesia Company dengan angka 2.500 bph. Di samping itu, blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL) juga mengalami penambahan produksi sebesar 1.100 bph pada tahun depan.

"Kebanyakan penambahan terjadi karena adanya optimasi produksi. Tapi nanti akan kami lihat lagi penambahannya secara akurat di Work Program and Budget (WP&B) 2017, yang rencananya di-review akhir tahun nanti," katanya.

Sebagai informasi, saat ini Indonesia memiliki 288 WK yang terdiri dari 85 WK eksploitasi, 147 WK eksplorasi konvensional, dan 56 WK eksplorasi non konvensional.

Per Agustus 2016, seluruh WK di Indonesia menghasilkan lifting minyak sebesar 822 ribu bph dan gas sebesar 1.181 BOEPD. Angka tersebut lebih besar dibandingkan angka APBNP 2016, di mana lifting minyak ditargetkan 820 ribu bph dan gas sebesar 1.150 BOEPD. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER