Jakarta, CNN Indonesia -- Anak usaha British Petroleum (BP) di Indonesia, BP Berau Ltd meneken kerjasama pembiayaan dengan beberapa institusi perbankan nasional maupun luar negeri senilai US$3,74 miliar.
Pembiayaan sindikasi ini akan ditarik guna menutup 46,57 persen kebutuhan investasi proyek fasilitas Liquified Natural Gas (LNG), Tangguh Train 3 di Papua Barat, yang ditaksir mencapai US$8 miliar.
Parulian Sihotang, Deputi Pengendalian Keuangan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengatakan, pembiayaan ini menggunakan skema Trustee Borrowing Scheme (TBS), di mana bank atau lembaga keuangan akan bertindak sebagai lembaga penjamin pemodal, peminjam, dan paying agent. Adapun hasil penjualan produk akan didistribusikan kepada semua pihak yang terlibat di dalamnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perjanjian pembiayaan ini merupakan kelanjutan dari disetujuinya keputusan investasi final (Final Investment Decision/FID) Tangguh Train 3 pada bulan lalu. Pembiayaan ini juga melibatkan perbankan nasional, yang diputuskan melalui rapat antara Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan beberapa lembaga keuangan nasional," ujar Parulian, Rabu (3/8).
Beberapa lembaga keuangan domestik yang membiayai proyek ini terdiri dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Indonesia Infrastructure Finance. Masing-masing entitas bank pelat merah tersebut berkomitmen memberikan pinjaman sebesar US$25 juta.
Parulian menjelaskan, kerja sama dengan perbankan nasional ini merupakan yang pertama terkait pembiayaan proyek LNG.
Selain itu, lanjut Parulian, terdapat pula lembaga pembiayaan internasional yang terlibat yakni meliputi Mizuho Bank, Bank of China, China Construction Bank, The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Sumitomo Mitsui Banking Corporation, DBS Bank, United Overseas Bank, BNP Paribas, Credit Agricole Corporate and Investment Bank, Oversea-Chinese Banking Corporation, Korea Development Bank, Shinsei Bank, dan KfW Bank.
Sementara itu, HSBC New York dipilih sebagai wali amanat (trustee) yang nantinya menjalankan fungsi sebagai paying agent. Pemilihan ini, tambah Parulian, diputuskan atas persetujuan tim Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN) Pemerintah Indonesia yang diputuskan pada 10 Juni 2016.
"Mekanisme aliran dana proyek ini sesuai dengan Peraturan BI no. 16 tahun 2014 tentang Devisa Hasil Ekspor. Aliran dana seluruhnya akan masuk ke bank devisa dalam negeri sebelum digunakan untuk pembayaran nasional, dan hasil penjualan LNG juga akan masuk ke dalam bank devisa dalam negeri offshore account," tambahnya.
Sementara itu, Regional President Asia Pacific BP, Christina Verchere berharap Tangguh Train 3 bisa segera teralisasi dan membawa dampak baik bagi kawasan Teluk Bintuni dengan ditekennya kerja sama pembiayaan ini.
"Proyek ini sangat penting bagi ketahanan energi nasional, mengingat 75 persen dari hasil produksinya dialokasikan bagi pasar domestik," jelasnya di lokasi yang sama.
Sebagai informasi, proyek Tangguh Train 3 menyumbang kapasitas sebesar 3,8 juta Metrik Ton per tahun (MTPA) sehingga membuat total kapasitas kilang LNG Tangguh menjadi sebesar 11,4 MTPA.
Sebanyak 75 persen hasil fasilitas LNG ini diperuntukkan bagi pasokan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) PT PLN (Persero), sedangkan sisanya dialokasikan bagi pembangkit listrik lokal berkapasitas 100 Megawatt (MW), Kansai Electric Power, dan bagi dua pabrik pupuk di Teluk Bintuni.
Selain BP, beberapa investor yang ikut serta di pengembangan fasilitas LNG Tangguh antara lain MI Berau BV (16,30 persen), CNOOC Muturi Ltd (13,90 persen), Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd (12,23 persen), KG Berau/KG Wiriagar (10 persen), Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc (7,35 persen), dan Talisman Wiriagar Overseas Ltd (3,06 persen).
(ags)