BI Optimistis Ekonomi 2017 Tumbuh 5,2%, Kredit Menanjak 12,7%

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Kamis, 08 Sep 2016 11:27 WIB
Bank Indonesia menilai program amnesti pajak akan memberikan efek positif pada perekonomian melalui masuknya aliran modal dari dana repatriasi.
Bank Indonesia menilai program amnesti pajak akan memberikan efek positif pada perekonomian melalui masuknya aliran modal dari dana repatriasi. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mempertajam proyeksi pertumbuhan ekonomi 2017 dari kisaran 5,1 – 5,5 persen menjadi 5,2 persen. Sementara pertumbuhan kredit diprediksi mencapai 12,7 persen.

“Bank Indonesia melihat titik untuk pertumbuhan ekonomi tahun 2017 itu diperkirakan tumbuh lebih rendah dari yang semula dan itu ada di kisaran 5,2 persen,” tutur Gubernur BI Agus DW Martowardojo saat menghadiri rapat kerja antara pemerintah, Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan BI di Gedung DPR, Rabu (8/9).

Agus mengungkapkan, perkiraan BI itu telah mempertimbangkan risiko perekonomian global yang diramalkan sejumlah lembaga internasional. Sebagai pengingat, pada Juli lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016 dan 2017, dari 3,2 persen dan 3,5 persen menjadi 3,1 persen dan 3,4 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, BI juga melihat potensi terbatasnya ruang stimulus fiskal sebagai dampak mengerutnya anggaran pemerintah.

Kendati demikian, program amnesti pajak akan memberikan efek positif pada perekonomian melalui masuknya aliran modal dari dana repatriasi. BI memperkirakan dana repatriasi dari program yang berakhir 31 Maret 2017 ini bisa mencapai Rp180 triliun.

“Dana Rp180 triliun ini membuat pertumbuhan kredit yang di tahun 2016 ini mungkin ada di kisaran di bawah 10 persen, di tahun 2017 pertumbuhan kredit itu bisa mencapai 12,7 persen,” kata Agus.

Menanggapi kesepakatan target pertumbuhan ekonomi pemerintah dan Komisi XI atas pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,1 persen, Agus menilai perkiraan itu masih sejalan dengan BI. Pasalnya, secara rentang, BI memperkirakan ekonomi tahun depan bisa tumbuh di kisaran 5,1 – 5,5 persen.

"Bahwa hari ini diputuskan 5,1 persen, itu artinya sejalan dengan range yang disampaikan oleh Bank Indonesia. Jadi kami merasa itu baik,” ujar mantan Menteri Keuangan ini.

Terkait inflasi, BI memperkirakan tahun depan akan lebih tinggi dari tahun ini karena ada penyesuaian tarif listrik golongan pelanggan 900 VoltAmpere (VA).

“Kalaupun inflasi disepakati 4 persen plus minus 1 persen itu inflasi akan ada di kisaran 4,65 persen. Kalau tarif listrik tidak dilakukan penyesuaian inflasi ada di kisaran di bawah 4 persen,” ujarnya.

Perkiraan BI atas ini lebih tinggi dibandingkan kesepakatan rapat kerja yaitu inflasi dipatok di level 4 persen.

Di sisi nilai tukar, Agus menilai asumsi nilai tukar rupiah yang disepakati pemerintah dan Komisi XI DPR di kisaran Rp 13.300 per dolar AS cukup koservatif namun masih sejalan dengan perkiraan BI di rentang Rp13.200 -13.500 per dolar AS.

Proyeksi BI itu telah mempertimbangkan risiko kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS, kebijakan perekonomian negara maju, dan perkembangan ekonomi China. Selain itu, BI juga mempertimbangkan potensi penguatan rupiah karena persepsi positif pasar atas program amnesti pajak, paket kebijakan ekonomi pemerintah, dan perombakan kabinet. (gir/ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER