Jakarta, CNN Indonesia -- Center of Reforms on Economics (CORE) menilai asumsi pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,1 persen hasil kesepakatan pemerintah dan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) lebih realistis dibandingkan usulan sebelumnya, 5,3 persen.
“Menurut saya angka 5,1 persen itu lebih realistis untuk tahun depan,” tutur Direktur Penelitian CORE Mohammad Faisal saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (8/9).
Menurut Faisal, perekonomian global tahun depan diperkirakan pertumbuhannya masih akan melambat. Kondisi itu akan menahan ekspansi perekonomian nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertumbuhan ekonomi China sebagai entitas ekonomi terbesar ke-dua di dunia diperkirakan lebih rendah dari tahun ini. Pertumbuhan ekonomi Jepang terancam minus. Di tanah Eropa, dampak negatif dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan berlanjut. Sementara, pertumbuhaan ekonomi Amerika Serikat (AS) juga diperkirakan masih akan melambat.
“Amerika Serikat yang diperkirakan pertumbuhan ekonominya membaik ternyata dalam semester pertama di tahun ini tidak setinggi yang diperkirakan, meskipun masih positif. Perkiraan pertumbuhannya hampir 2,8 persen tetapi realisasinya hanya 1,2 persen,” ujarnya.
Namun demikian, Faisal meyakini ekonomi tahun depan akan lebih baik. Sektor konsumsi dan investasi domestik tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi tahun depan meskipun masih diwarnai sedikit ketidakpastian.
Lebih lanjut, kendati turun dari usulan awal, Faisal masih melihat sinyal optimisme pemerintah dengan memasang target 5,1 persen. Tapi, di tengah kondisi sekarang, Faisal lebih memilih asumsi ynag realistis dibandingkan terlalu optimistis.
“Yang paling penting bagaimana dampak target itu kepada perekonomian dan anggaran. Kalau lebih realistis itu lebih selamat menurut saya,”ujarnya.
Sebagai informasi, kajian CORE untuk proyeksi ekonomi tahun depan baru akan disampaikan pada November mendatang.
(gen)