Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Muamalat Indonesia Tbk akan menerima suntikan dana segar sebesar Rp2 triliun dari para pemegang saham. Direktur Utama Muamalat Endy Abdurrahman menyebut, manajemen telah memperoleh kepastian dari para pemegang saham usai perseroan berhasil melakukan konsolidasi.
Endy mengungkapkan, penambahan modal akan dilakukan oleh tiga pemegang saham utama. Yakni, lembaga keuangan syariah multilateral Islamic Development Bank (IDB), beserta dua pemegang saham utama lainnya, yaitu Boubyan Bank Kuwait dan Atwill Holdings Limited.
"Pada dasarnya, proses konsolidasi sudah mendekati akhir. Jadi, memang atas dasar itu kami siap untuk bertumbuh dan pertumbuhan itu sudah mulai terlaksana. Pelan-pelan modal dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan," ujarnya, Selasa (20/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, saat ini, IDB memegang porsi saham terbesar di Bank Muamalat, yaitu sebesar 32,74 persen. Sementara, pemegang saham lainnya, yaitu Boubyan Bank Kuwait sebesar 22 persen, Atwill Holdings Limited sebesar 17,91 persen, National Bank of Kuwait 8,45 persen, dan IDF Foundation 3,48 persen.
Pemegang saham lainnya mengempit kurang dari tiga persen kepemilikan bank pionir syariah tersebut, yaitu BMF Holdings Limited 2,84 persen, M. Rizal Ismael 2,34 persen, Koperasi Perkayuan Apkindo MPI 1,39 persen, Andre Mirza Hartawan 1,18 persen, BPDONHI 1,03 persen, serta masyarakat 6,64 persen.
Endy menuturkan, penyertaan modal baru tersebut bisa tuntas sebelum akhir tahun ini. Dengan tambahan modal baru tersebut diperkirakan rasio kecukupan modal (CAR) Bank Muamalat bisa meningkat dari 13 persen menjadi sebesar 18 persen.
Tak hanya itu, dengan tambahan modal baru perseroan juga membidik pertumbuhan bisnis dengan strategi baru. Dalam tiga tahun ke depan, Bank Muamalat berencana mengubah fokus portfolio bisnis perseroan dari segmen korporasi menjadi lebih banyak menggarap segmen konsumer dan ritel.
Saat ini, porsi bisnis korporasi Bank Muamalat mencapai 60 persen. Sementara sisanya, 40 persen menyebar ke segmen konsumer dan ritel. Pada 2019 nanti diharapkan porsi tersebut bisa berbalik.
"Dalam tiga tahun mendatang, target kami adalah kebalikannya. Jadi, 60 persen ke konsumer dan ritel, sedangkan sisanya korporasi. Kalau bisa malah 70 banding 30," terang Endy.
Ia menilai, jumlah penduduk Indonesia yang banyak menjadikan bisnis konsumer dan ritel menjadi lebih menarik di mata Bank Muamalat. Penyaluran pembiayaan rumah dengan prinsip syariah akan menjadi lini bisnis utama perseroan dalam menggarap pembiayaan konsumer dan ritel.
"Jadi, kami melihat market sangat besar, tapi itu juga bagian bank muamalat terhadap kebutuhan umat," pungkasnya.
(bir/gen)