Pontianak, CNN Indonesia -- PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II memastikan tidak menjadikan skema penerbitan obligasi global sebagai prioritas menutupi kebutuhan belanja modal mulai tahun depan.
Direktur Keuangan AP II, Andra Y. Agussalam menilai, melimpahnya likuiditas perbankan pasca berakhirnya program pengampunan pajak tahap I, membuat perseroan lebih memilih untuk berburu pinjaman di dalam negeri.
Mantan Direktur Administrasi dan Keuangan PT Len Industri (Persero) ini menuturkan, dalam lima tahun ke depan, Angkasa Pura (AP) II membutuhkan belanja modal (
capital expenditure/capex) sebesar Rp31 triliun untuk mengembangkan 13 bandara yang dikelolanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar 70 persen dari kebutuhan dana tersebut dialokasikan untuk mengembangkan Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng yang menyumbang penghasilan terbesar bagi perusahaan. Sementara 30 persen sisanya dijadikan investasi di 12 bandara lain.
"Tahun ini
capex sekitar Rp11 triliun itu sudah aman. Sementara tahun depan
capex diperkirakan Rp8 triliun, dari kas kami ada Rp3 triliun-Rp4 triliun. Jadi sisanya saya akan cari dari pinjaman bank karena saat ini bunganya terus turun," kata Andra di Pontianak, Rabu (5/10).
Ia menambahkan, kemungkinan besar AP II akan kembali menarik pinjaman dari trio bank pelat merah yaitu Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) seperti yang dilakukannya tahun lalu.
"Masing-masing sudah pinjami kami Rp700 miliar dan saat ini komitmen pinjaman mereka untuk AP II masih tinggi. Bahkan mereka mau sediakan tenor 10 tahun dan
grass period tiga tahun," jelasnya.
Andra menuturkan, saat ini rasio utang terhadap ekuitas (
debt to equity/DER) AP II berada di level 0,2-0,3 kali. Sementara bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), rasio DER yang masih terbilang aman di level 1,1 kali.
"Jadi masih aman dan luas ruang kami untuk mencari pendanaan dari dalam negeri, baik pinjaman atau obligasi domestik," katanya.
AP II sendiri pada pertengahan tahun ini telah merilis obligasi Rp2 triliun di pasar domestik. Sebesar Rp1 triliun telah digunakan untuk investasi tahun ini, dan separuhnya akan digunakan untuk tahun depan.