Pertamina-Grup Kalla Bangun Kompleks LNG Terpadu di Serang

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 07 Okt 2016 19:38 WIB
Pertamina mencatat Jawa Barat mengalami defisit gas 315 MMSCFD pada tahun lalu. Angka ini diproyeksikan meningkat tiga kali lipat menjadi 962 MMSCFD pada 2025.
PT Pertamina (Persero) dan Kalla Group akan membangun kompleks fasilitas energi terpadu berbasiskan Liquified Natural Gas (LNG) yang berlokasi di Kecamatan Bojonegara, Serang, Banten.(ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) dan Kalla Group akan membangun kompleks fasilitas energi terpadu berbasiskan Liquified Natural Gas (LNG) yang berlokasi di Kecamatan Bojonegara, Serang, Banten.

Vice President LNG Pertamina, Didik Sasongko Widi menjelaskan, awalnya perseroan hanya ingin membangun terminal penerima LNG. Namun, pembangunan kompleks dipertimbangkan mengingat permintaan energi akan muncul dari Jawa bagian barat.

Berdasarkan data Pertamina, Jawa Barat telah mengalami defisit gas sebesar 315 MMSCFD pada tahun lalu. Angka ini diproyeksikan meningkat tiga kali lipat menjadi 962 MMSCFD pada 2025.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara nasional, Indonesia diprediksi akan mengalami defisit gas sebesar 1.013 MMSCFD pada tahun 2015. Defisit ini akan meningkat menjadi 3.206 MMSCFD di tahun 2025

"Kami lihat Jawa bagian barat ini strategis, dan infrastruktur kita pusatkan ke yang padat dulu. Selama kami masih bangun terminal land based, ya kami bangun," jelas Didik, Jumat (7/10).

Kompleks energi itu, kata Didik, akan diisi oleh terminal penerima LNG dan regasifikasi, kilang minyak baru, dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) berkapasitas 1.000 Megawatt (MW) hingga 2.000 MW. Seluruh proyek ini, lanjutnya, dibangun di luar peta perencanaan perseroan.

"Seperti contohnya, pembangunan kilang ini di luar program Refinery Development Master Plan (RDMP) bagi empat kilang existing dan dua kilang Grass Root Refinery (GRR) baru," tuturnya.

"Sementara itu, pembangunan PLTGU ini di luar Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) milik PT PLN (Persero) dari tahun 2016 hingga 2025," lanjutnya.

Kendati demikian, Didik mengatakan, kompleks energi terpadu ini tidak sepenuhnya milik perseroan. Proyek ini akan berbentuk perusahaan patungan (Joint Venture), di mana Pertamina hanya mengempit saham minoritas. Sementara itu, mayoritas kepemilikan saham dipegang oleh PT Bumi Sarana Migas (BSM), yang merupakan perusahaan milik Grup Kalla.

menurutnya, proyek ini diharapkan beroperasi pada 2020, di mana fasilitas terminal penerima LNG bisa berjalan terlebih dahulu. Pada tahap pertama, kapasitas terminal LNG akan sebesar 500 MMSCFD. Namun, kapasitasnya akan diperbesar menjadi 1.000 MMSCFD di tahap kedua.

"Namun sebelum beroperasi, saat ini kami masih lakukan studi keekonomian bersama dengan mitra kami," lanjutnya.

Didik menambahkan, proyek ini merupakan satu dari beberapa infrastruktur LNG yang akan dibangun perusahaan dalam jangka menengah. Selain Bojonegara, perusahaan juga akan membangun fasilitas serupa di Ambon dan offshore Cilacap, serta beberapa mini LNG Plant di Papua Barat dan Kalimantan Timur.

"Kami siapkan infrastruktur karena mulai tahun 2020, Indonesia mulai mengalami defisit gas dengan gap yang jauh. Infrastruktur kami siapkan untuk menampung LNG impor yang diperkirakan 3 juta ton per tahun mulai periode tersebut," lanjutnya. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER