Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan tambang batubara, PT Adaro Energy Tbk merampungkan transaksi pencaplokan saham Proyek IndoMet Coal yang terdiri dari tujuh perusahaan, senilai US$120 juta atau setara Rp1,56 triliun.
Mahardika Putranto, Sekretaris Perusahaan Adaro Energy menyatakan transaksi yang sebelumnya didahului perjanjian jual beli saham (Share Sale Agreement/SSA) pada 7 Juni 2016 tersebut telah dirampungkan.
Untuk diketahui, perjanjian tersebut diteken oleh anak usaha Adaro Energy, yaitu PT Alam Tri Abadi dan Coaltrade Services International Pte Ltd, dengan BHP Minerals Holding Pty Ltd dam BHP Minerals Asia Pacific Pty Ltd.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjanjian tersebut diteken untuk mengakuisisi tujuh perusahaan dalam Proyek IndoMet Coal, yaitu PT Maruwai Coal, PT Juloi Coal, PT Kalteng Coal, PT Sumber Barito Coal, PT Lahai Coal, PT Ratag Coal dan PT Pari Coal.
“Dengan keseluruhan nilai transaksi sebesar US$120 juta, telah terlaksana dengan telah terpenuhinya persyaratan-persyaratan dalam SSA,” jelas Mahardika dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, dikutip Senin (17/10).
Sebelumnya, Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir menjelaskan, dengan akuisisi saham tersebut, perusahaannya menguasai tujuh lahan tambang, di mana enam di antaranya mengandung
coking coal.
Coking coal merupakan batu bara dengan kalori yang lebih tinggi dibandingkan dengan batu bara biasa atau
thermal coal. Batu bara tersebut merupakan salah satu bahan utama dalam peleburan baja.
Garibaldi mengatakan, kebutuhan baja bakal meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sarat dengan pembangunan infrastruktur. Kebutuhan itu, lanjutnya, ditopang oleh permintaan dari masyarakat kelas menengah di Indonesia.
"Tidak ada set
coking coal sebagus ini. Jadi kami pikir kenapa tidak melakukan akuisisi? Saya memutuskan berani, kami ambil, kami percaya prospek Indonesia. Kami putuskan dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang 5-6 persen," katanya pertengahan tahun ini.
(gir/ags)