Caplok IndoMet Coal, Adaro Incar Kebutuhan Produsen Baja

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Jumat, 10 Jun 2016 13:35 WIB
Enam lahan tambang milik PT IndoMet Coal mengandung coking coal, yang merupakan salah satu bahan utama dalam peleburan baja.
Enam lahan tambang milik PT IndoMet Coal mengandung coking coal, yang merupakan salah satu bahan utama dalam peleburan baja. (CNN Indonesia/Giras Pasopati)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menguasai 100 persen saham PT IndoMeat Coal (IMC) di Kalimantan dari perusahaan asal Australia, BHP Billiton, demi menggarap potensi kebutuhan baja dalam jangka panjang.

Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir menjelaskan, dengan akuisisi saham tersebut, perusahaannya menguasai tujuh lahan tambang, di mana enam di antaranya mengandung coking coal.

Coking coal merupakan batu bara dengan kalori yang lebih tinggi dibandingkan dengan batu bara biasa atau thermal coal. Batu bara tersebut merupakan salah satu bahan utama dalam peleburan baja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Garibaldi mengatakan, kebutuhan baja bakal meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sarat dengan pembangunan infrastruktur. Kebutuhan itu, lanjutnya, ditopang oleh permintaan dari masyarakat kelas menengah di Indonesia.

"Tidak ada set coking coal sebagus ini. Jadi kami pikir kenapa tidak melakukan akuisisi? Saya memutuskan berani, kami ambil, kami percaya prospek Indonesia. Kami putuskan dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang 5-6 persen," katanya, Kamis (9/6).

Ia mengungkapkan, seiring banyaknya permintaan baja, beberapa perusahaan manufaktur dalam negeri banyak membutuhkan coking coal. Selama ini, lanjutnya, perusahaan tersebut masih melakukan impor coking coal.

"Jika permintaan baja naik, otomatis permintaan coking coal juga naik. Krakatau Steel salah perusahaan yang butuh coking coal. Selama ini mereka masih impor dari Australia. Kalau ada kami, nanti lebih mudah, hanya dari Kalimantan ke Jawa," ungkapnya.

Sebagai informasi, sebelumnya Adaro telah memiliki 25 persen saham IMC yang diakusisi dengan nilai US$350 juta-US$400 juta pada tahun 2010. Dengan kondisi industri batu bara yang sedang tidak baik, Adaro lantas mengakuisisi 75 persen saham dengan nilai US$120 juta dengan menggunakan dana internal.

"Akuisisi 75 persen jauh lebih murah, karena value-nya jatuh. Tapi, US$120 juta dengan kondisi sekarang juga enggak bisa dibilang murah," tambahnya.

Usai akuisisi selesai, Garibaldi mengatakan jajarannya akan fokus memaksimalkan produksi tambang yang ada. Pasalnya, ia menilai produksi batu bara IMC masih minim dan belum maksimal.

"Kami ada tujuh tambang di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Itu yang mungkin mau fokus dulu. Kapasitas 1 juta ton, tapi produksi setahunnya baru 400 ribu ton. Kami akan pelan-pelan tingkatkan sampai 1 juta," katanya. (gir/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER