OJK: Baru 11,81 persen Masyarakat yang Berasuransi

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Selasa, 18 Okt 2016 03:02 WIB
Banyak masyarakat yang sebetulnya mampu, tapi menilai asuransi tidak penting dan mahal. Ini berarti, regulator dan pelaku harus lebih sering mengedukasi.
Dewan Asuransi Indonesia bersama asosiai dan anggota perasuransian yang bernaung di bawahnya menyelenggarakan peringatan Hari Asuransi 2016 yang jatub pada tanggal 18 Oktober, Jakarta, Senin (17/10). (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari).
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan mencatat tingkat utilisasi asuransi di Indonesia baru mencapai 11,81 persen. Padahal, potensi pasar asuransi di Indonesia sebesar 88,19 persen. Ini berarti, tingkat pemahaman masyarakat terhadap manfaat produk asuransi masih sangat mini.

Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Edy Setiadi bilang, regulator dan pelaku usaha harus lebih sering melakukan edukasi. Pasalnya, banyak masyarakat yang sebetulnya mampu, tapi menilai asuransi tidak penting dan mahal.

Insurance Day atau Hari Asuransi yang diperingati setiap 18 Oktober menjadi salah satu sarana mengedukasi masyarakat. Perhelatan tahunan ini diselenggarakan oleh Dewan Asuransi Indonesia (DAI) bersama enam asosiasi asuransi dan anggotanya. Acara ini merupakan ke-11 kalinya sejak digongkan tahun 2006 silam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Edy berharap, penyelenggaraan Hari Asuransi dapat mendukung terwujudnya keuangan inklusif dalam mendorong ketersediaan akses dan layanan keuangan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Diharapkan, tingkat penggunaan asuransi di masyarakat secara luas bisa mencapai 75 persen pada tahun 2020 mendatang.

"Dulu sebelum adanya Hari Asuransi penetrasi asuransi di masyarakat hanya mencapai 2 persen dan itu pun susah sekali," ujar Edy dalam konferensi pers Hari Asuransi di kantor pusat Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Senin (17/10).

Menurut Edy, upaya untuk meningkatkan penetrasi asuransi juga harus dimulai di lapisan bawah masyarakat. Selama ini, industri asuransi dinilai kurang cekatan menangkap potensi pertumbuhan usaha kelas menengah (usaha mikro, kecil, dan menengah) yang setiap tahunnya bertumbuh signifikan.

"Asuransi mikro, misalnya. Pemasaran asuransi mikro kan dapat dilakukan intermediari. Katakan setiap satu kelompok terdapat anggota 10 sampai 30, bayangkan berapa premi yang bisa diambil dari situ," jelasnya.

Pada kesempatan yang sama Ketua Umum Dewan Asuransi Indonesia (DAI) Hendrisman Rahim mengatakan, masih besarnya jumlah masyarakat yang belum memahami dan memiliki asuransi menjadi evaluasi bagi para pelaku bisnis asuransi. Karenanya, Hendrisman berharap, sosialisasi berkelanjutan bisa dilakukan oleh seluruh insan pelaku asuransi.

"Kami DAI siap untuk dioptimalkan untuk mencapai target 75 persen utilisasi di 2020, bagaimanapun juga pertumbuhan asuransi termasuk juga dengan pertumbuhan inklusi keuangan," tutur Hendrisman. (bir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER