BNI Syariah Nikmati Lonjakan Laba 37,24 Persen di Kuartal III

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Kamis, 20 Okt 2016 12:51 WIB
Pertumbuhan laba bersih ditopang oleh pertumbuhan pembiayaan, peningkatan komposisi rasio dana murah, dan kontribusi dari pendapatan berbasis komisi.
Direksi BNI Syariah memberikan paparan kinerja kuartal III 2016, Kamis (20/10). (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari).
Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah perlambatan pertumbuhan industri bank umum, PT BNI Syariah mencatatkan kinerja kinclong. Laba bersihnya melonjak 37,24 persen pada kuartal ketiga tahun ini, yaitu dari Rp156,62 miliar pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp215,23 miliar.

Direktur Utama BNI Syariah Imam T Saptono mengungkapkan, pertumbuhan laba bersih ditopang oleh pertumbuhan pembiayaan, peningkatan komposisi rasio dana murah, dan kontribusi dari pendapatan berbasis komisi (fee based income).

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, pembiayaan anak usaha PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk tersebut mencapai Rp19,53 triliun atau meningkat sebesar 15,09 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp16,77 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertumbuhan pembiayaan tersebut secara signifikan mendorong pertumbuhan aset BNI Syariah. Tercatat, per kuartal III, secara year on year (yoy) aset BNI Syariah naik 17,88 persen dari Rp22,75 triliun pada September tahun lalu menjadi Rp26,82 triliun.

"Dari kenaikan aset dan pembiayaan tersebut, kami bisa tumbuh di atas rata-rata industri," ujar Imam, Kamis (20/10).

Jika dirinci lebih jauh, dari total pembiayaan Rp19,53 triliun, penyaluran pembiayaan konsumer memiliki porsi terbesar, yakni 53,46 persen atau Rp10,44 triliun. Sementara sisanya, yaitu 22,55 persen atau sebesar Rp4,4 triliun mengalir ke pembiayaan ritel produktif.

Diikuti oleh, pembiayaan komersial sebesar Rp3,16 triliun atau 16,21 persen, mikro Rp1,14 triliun atau 5,85 persen, dan kartu pembiayaan Hasanah Card sebesar Rp376 miliar atau 1,93 persen.

"Untuk pembiayaan konsumer, sebagian besar portfolio ditopang oleh pembiayaan BNI Griya iB Hasanah, yakni sebesar 85,51 persen. Kedepan, BNI Syariah akan mengurangi pembiayaan konsumer sesuai dengan arahan OJK dan memperbesar pembiayaan komersial," jelas Imam.

Pembiayaan Macet Membayangi

Kendati berhasil membukukan pertumbuhan pembiayaan, BNI Syariah harus memutar otak menekan rasio pembiayaan bermasalah (nonperforming finance/NPF). Pasalnya, pada kuartal III 2016, NPF Gross BNI Syariah mendaki dari 2,54 persen menjadi 3,03 persen.

"Ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang belum membaik. Beberapa nasabah kami harus direstrukturisasi agar bisa melunasi kewajibannya. Namun, ini masih manageable (terkendali). Mudah-mudahan tahun depan sudah membaik," katanya.

Adapun, sebagai strategi menekan NPF, perseroan berniat mengerek pencadangan dari 83 persen menjadi sebesar 88 persen. Cadangan diambil dari laba perseroan. Dengan pencadangan, rasio NPF bersih (nett) BNI Syariah berkisar 1,41 persen.

"Kami cukup tinggi mencadangkan provisi untuk mengantisipasi ekonomi yang melambat," pungkasnya. (bir/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER