Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak kembali terbenam pada Selasa (25/10) pagi setelah Irak menolak memangkas produksi minyaknya, demi memperoleh uang yang cukup untuk meneruskan misi memberantas pergerakan militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Dilansir Reuters, Menteri Perminyakan Irak Jabar Ali al-Luaibi menjelaskan atas dasar itulah negaranya tak mau menyunat produksi minyak sesuai kesepakatan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) bulan September lalu.
Padahal sebelumnya, OPEC berharap bisa mengurangi produksi sebesar 700 ribu barel per hari. Dengan mundurnya Irak, yang merupakan negara produsen minyak terbesar ke-dua di dalam OPEC, efektivitas pemangkasan produksi ini mulai dipertanyakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, kesepakatan negara-negara anggota OPEC akan mencapai kata mufakat di dalam pertemuan antar anggota di Wina, Austria akhir November mendatang.
Selain akibat sentimen pernyataan pejabat Irak, harga minyak dunia pada perdagangan Selasa (25/10) pagi juga terpengaruh pada kembali beroperasinya lapangan migas Buzzard di Inggris.
Lapangan Buzzard, yang terletak di Laut Utara dan menghasilkan minyak 180 ribu barel per hari (bph), akan mulai berproduksi pada Selasa atau Rabu pekan ini setelah mengalami perbaikan dalam sebulan terakhir. Lapangan ini merupakan bagian dari blok Forties, di mana produksinya sangat mempengaruhi harga Brent.
Hasilnya, harga Brent LCOc1 meluncur turun US$0,32 per barel, atau 0,6 persen ke angka US$51,46 per barel. Bahkan, harganya sempat menyentuh US$50,5 per barel di tengah sesi perdagangan.
Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) CLc1 menurut 0,7 persen ke angka US$50,52 per barel. Di pertengahan sesi perdagangan, harga WTI sempat merosot di bawah US$50 per barel dan menyentuh US$49,62 per barel.
(gen)